TATA CARA BERSUCI DARI NAJIS KETIKA BUANG AIR

Taharah atau menyucikan tubuh dari kotoran, baik berupa kotoran lahir, yaitu najis, maupun dari kotoran maknawi, yaitu hadas, adalah sebuah kewajiban seluruh umat muslim untuk memastikan sah dan diterimanya setiap amal ibadah yang dilakukan oleh dirinya.

Rasulullah SAW bersabda, “Berhati-hatilah kalian dalam melakukan buang air kecil. Sebab, sesungguhnya kebanyakan azab kubur disebabkan darinya (karena ketidakhati-hatian dalam melakukan buang air kecil). (HR Hakim, Al-Mustadrak)

Dari hadis tersebut dapat dipahami bahwasanya kita harus berhati-hati dan bersungguh-sungguh dalam menjaga kebersihan, khususnya dalam bersuci dari najis ketika melakukan buang air kecil atau besar.

Terdapat tiga hal penting yang mesti kita lakukan ketika melakukan buang air. Tiga hal tersebut adalah istibra’, istinja’, dan istinka’. Ketiga hal ini wajib dilakukan secara bertahap ketika menyucikan tempat keluar najis setelah melakukan buang air.

Akan tetapi, sebelum membahas ketiga hal tersebut, ada beberapa hal juga yang sangat penting dan memiliki kaitan erat dengan upaya melakukan taharah sebaik mungkin. Beberapa hal tersebut dapat dijelaskan secara berurutan sebagai berikut:

  1. Ketika melakukan buang air kecil atau besar, bagian tubuh yang paling dekat bersinggungan dengan tempat keluarnya najis adalah kedua lengan dan kedua kaki kita. Oleh sebab itu, sebelum memasuki kamar kecil, semestinya kita terlebih dahulu menyingsingkan lengan baju dan celana kita agar dapat menghindari cipratan-cipratan najis yang tidak kasat mata karena terlalu kecil ukurannya. Hal ini mesti kita lakukan ketika telah berada dekat dengan kamar kecil.
  2. Selain itu, seharusnya kita melakukan buang air tanpa melepas baju dan celana kita, baik ketika di luar maupun di dalam kamar kecil. Sebab, seorang muslim harus menjaga auratnya, baik dari pandangan orang lain maupun dari dirinya sendiri, sekalipun ia sedang sendirian. Maka, ketika buang air pun, sebisa mungkin kita hanya membuka sebagian area yang cukup untuk melakukan buang air. Membuka celana seharusnya dilakukan bersamaan ketika kita turun untuk jongkok di toilet, dan memakainya kembali bersamaan ketika bangun untuk berdiri.
  3. Sebagaimana menyingsingkan lengan baju, kita juga harus melepaskan terlebih dahulu benda-benda yang biasa terdapat di area tangan kita, seperti jam tangan, cincin, dan lainnya.
  4. Selanjutnya, kita juga harus memastikan untuk tidak membawa benda-benda yang suci dan terhormat ke dalam kamar kecil. Ketika memasuki kamar kecil dan baru menyadari satu titik tinta yang menempel pada salah satu kuku jari, Imam Rabbani KS langsung keluar untuk membersihkan terlebih dahulu titik tinta tersebut karena beliau meyakini tinta yang digunakannya untuk menulis sebuah ilmu tersebut adalah sesuatu yang mukadas (suci) dan patut dihormati.
  5. Sebelum memasuki kamar kecil, sebaiknya kita membaca doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW berikut ini, “اَللَّهُمَّ اِنِّي اَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالخْبَائِثِ (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki maupun perempuan) agar terhindar dari segala macam keburukan dari setan dan kotoran-kotoran najis. Selain itu, karena akan memasuki tempat yang kotor dan membuang kotoran, kita harus memasukinya dengan mendahulukan kaki kiri dan memakai sandal khusus untuk kamar kecil. Memasuki kamar kecil tanpa memakai sandal adalah sesuatu yang sangat dilarang dan tidak baik untuk kesehatan dan kesucian.
  6. Lalu, selama berada di dalam kamar kecil, kita juga dituntut agar tidak menghadap atau membelakangi arah kiblat. Sebab, Rasulullah SAW melarang hal tersebut dan hal yang demikian adalah sebuah perbuatan yang tidak takzim yang harus kita hindari.
  7. Selain itu, selama berada di dalam kamar kecil, kita juga dilarang untuk berbicara, meludah, membuang ingus atau dahak, dan melihat bagian aurat tubuh kita dan kotoran yang keluar. Melihat bagian aurat dan kotoran ketika di dalam kamar kecil dapat mengakibatkan seseorang menjadi pelupa dan pikun.
  8. Dalam buang air kecil, kita juga dilarang keras melakukan buang air kecil sambil berdiri. Sebab, selain hal tersebut akan mengakibatkan cipratan najis ke tubuh atau pakaian, hal itu juga akan menghambat seseorang mengeluarkan seluruh air kencing secara maksimal yang berpotensi mengakibatkan penyakit kanker prostat. Hal ini telah diungkapkan dalam banyak hasil penelitian para dokter mengenai perbandingan buang air kecil sambil berdiri dan sambil jongkok. Orang yang buang air kecil sambil berdiri setidaknya menyisakan 25 ml air kencingnya dalam kandung kemih.
  9. Ketika buang air, seharusnya kita tidak duduk dengan posisi yang dapat dilihat oleh orang lain. Selain itu, kita jongkok di WC dan memiringkan badan ke arah kiri. Duduk dengan cara tersebut dapat membantu melancarkan buang air kecil dari kandung kemih secara sempurna dan mengurangi risiko munculnya batu ginjal dan penyakit prostat. Kita tidak boleh duduk di kloset duduk kecuali dalam keadaan darurat karena hal tersebut tidak baik dari sisi kesehatan dan dapat menyebabkan penularan penyakit AIDS.

Setelah memperhatikan semua hal tersebut, kita baru bisa mulai melakukan buang air kecil atau besar. Setelah selesai buang air, seperti dijelaskan di atas, kita harus melakukan tiga hal penting agar dapat memastikan sucinya tempat keluarnya kotoran atau najis.

  • (1) Istinja adalah upaya membersihkan najis yang tersisa di tempat keluarnya. Cara melakukan istinja adalah sebagai berikut. Pertama-tama, kita membersihkan tempat keluar najis dengan membuang kotoran yang tersisa menggunakan dua lembar tisu toilet. Setelah selesai, dilanjutkan dengan membersihkan tempat keluar kotoran najis menggunakan air. Ketika membersihkan tempat keluar kotoran dengan air, kita dianjurkan memulai membersihkan area keluarnya najis dengan membasuhnya menggunakan tangan kiri dari bagian belakang sampai bagian depan. Ketika melakukan istinja, kita tidak boleh menggunakan tangan kanan untuk membersihkan sisa-sisa kotoran. Yakni, kita harus menggunakan tangan kiri dengan cara melewatkannya dari bagian belakang badan dan tidak boleh mengotori lebih dari tiga jari, yakni kita hanya boleh menggunakan jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis.

Dianjurkan melakukan pembersihan dengan menggunakan teko air (teko khusus kamar mandi adalah yang paling sesuai), gayung atau selang pencet, dengan cara menyiramkan air menggunakan tangan kanan dan membersihkan qubul dan dubur dengan tangan kiri hingga bersih tanpa tersisa najis. Kita sebaiknya menyiram air dengan pelan-pelan dan mengalirkannya dari atas ke bawah, tidak dengan semprotan yang kencang sambil memperhatikan agar air tidak terciprat. Dalam hal ini sebaiknya kita menggunakan teko air atau selang pencet.

Dianjurkan juga agar tidak melakukan pembersihan menggunakan bagian ujung jari-jari karena hal itu dapat menyebabkan penyakit wasir. Menggunakan banyak air dalam melakukan istinja bukanlah sebuah perbuatan israf selama dibutuhkan untuk membersihkan najis hingga benar-benar bersih. Selain itu, disunahkan juga untuk mengganjilkan bilangan basuhan saat melakukan istinja.

  • (2) Istibra’ adalah upaya mengeluarkan sisa-sisa air kencing yang ada dalam kandung kemih dengan melakukan beberapa hal, seperti berdeham, menekan perlahan bagian hasyafah atau ujung alat kelamin, berjalan, memiringkan badan ke arah kiri hingga yakin bahwa tidak tersisa lagi air kencing di saluran buang air kecil. Namun, dalam melakukan hal ini, kita tidak dianjurkan berlebihan-lebihan hingga menimbulkan kewaswasan dalam diri. Berikut ini adalah cara mendorong sisa air kencing yang berada di saluran air kencing dengan cara menekannya menggunakan jari-jari tangan kiri.

Setelah buang air kecil, kita dianjurkan untuk menunggu sebentar. Pada saat itu, istinja dilakukan. Istinja harus dilakukan sebelum istibra. Sebab, ketika taharah dilakukan dengan beristinja, secara refleks otot-otot sekitar saluran kencing sedikit kendor sehingga menyebabkan sisa-sisa air kencing masuk ke dalam saluran kencing. Oleh karena itu, saluran air kencing yang sebelumnya dikosongkan dengan istibra akan dipenuhi dengan air kencing yang baru.

Setelah proses di atas, kita dapat membatuk 1-2 kali. Dengan membatuk, otot-otot perut berkontraksi dan memberi tekanan pada kandung kemih. Sisa-sisa air kencing pun keluar.

Setiap orang melakukan istibra dengan cara yang berbeda-beda karena mereka mengetahui keadaan dirinya masing-masing. Maka, mereka dapat melakukan istibra dengan cara-cara selain yang dijelaskan di atas sesuai dengan kondisi mereka masing-masing hingga merasa yakin tidak tersisa lagi air kencing pada saluran buang airnya.

Air seni atau air kencing muncul setelah disaring dari ginjal kemudian dikumpulkan di tempat penampungannya yang disebut kandung kemih. Di antara kandung kemih dan lubang tempat keluarnya air seni terdapat saluran air seni yang dinamakan uretra. Inilah bagian organ yang diterapkan untuk istibra. Panjang uretra pada laki-laki 16-18 cm dan berdiameter 8 mm. Maka, sangat dimungkinkan masih terdapat sisa-sisa air kencing pada saluran tersebut. Oleh sebab itu, bagi laki-laki istibra’ adalah sesuatu yang mesti dilakukan saat bersuci setelah buang air.

  • (3) Istinka’ adalah berlebih-lebihan dalam melakukan istinja atau melakukan pembersihan hingga hati menjadi tenang dan yakin tidak ada lagi sisa-sisa air kencing dengan melakukan istibra, lalu mengeringkannya dengan tiga lembar tisu toilet. Tisu yang digunakan untuk istinja harus dibuang ke toilet, sedangkan tisu yang digunakan untuk istinka dibuang ke tempat sampah di toilet.

Jika sudah melakukan hal-hal ini tetapi seseorang masih saja ragu akan keluarnya tetesan air kencing, solusinya adalah sebagai berikut.

Masukkan sepotong tisu atau sepotong kapas dengan cara memutarkannya ke dalam lubang kelamin sedalam setengah sentimeter. Selanjutnya, kita kembali melakukan istibra dengan cara-cara seperti berdeham, bergerak ke samping kiri, menekan perlahan organ kelamin, dan memastikan sisa-sisa air kencing terserap oleh kapas atau tisu tersebut. Setelah itu, tarik bagian tisu atau kapas tersebut dan buang ke tempat sampah. Selanjutnya, masukkan kembali tisu atau kapas ke dalam lubang kelamin dan jangan sampai terlihat dari luar. Sebab, jika tetesan air tersebut mengenai kertas atau kapas lalu terlihat dari sisi luar, wudhu bisa menjadi batal. Setiap kali buang air kecil, kertas atau kapas tadi harus diganti dengan yang baru, yakni tidak boleh menggunakan kembali tisu atau kapas yang telah digunakan. Satu-satunya masalah yang terdapat pada cara ini adalah penyakit yang menyebar disebabkan kuman-kuman melalui kapas atau tisu dan menjadi sebab penyakit-penyakit lain karena sisa kapas yang masuk pada saluran kencing walaupun hal ini jarang terjadi.

Setelah istibra’ selesai, mencipratkan air ke celana dalam adalah salah satu cara untuk menghilangkan was-was. Secara otomatis cara tersebut dapat memberikan rasa yakin kepada orang itu bahwa basah yang dirasakan adalah akibat cipratan air tadi.

Setelah tiga tahapan tersebut selesai, kita baru boleh keluar dari kamar kecil setelah memastikan tidak ada kotoran yang tersisa di kloset. Jika ada, kita harus membersihkannya terlebih dahulu menggunakan air dan sikat. Sebab, orang selanjutnya yang akan menggunakan toilet tersebut memiliki hak menggunakannya dalam keadaan bersih sebagaimana ketika kita masuk. Selain itu, kita juga dianjurkan tidak berlama-lama di dalam toilet. Selama di dalam toilet, kita dianjurkan mendeham atau membiarkan suara air mengalir terdengar agar tidak terdengar suara-suara yang tidak diinginkan dari dalam ke luar.

Selanjutnya, kita harus mendahulukan kaki kanan ketika keluar dari toilet dan meletakkan sandal toilet dengan rapi dan siap pakai (bagian depan menghadap ke arah toilet).

Ketika keluar dari WC, kaki kanan harus didahulukan dan dibaca doa sebagai berikut:

اَلْحَمْدُ لِلَّه الَّذِي أَذْهَبَ عَنِّي الْأَذَى وَعَافَانِي “Segala puji bagi Allah SWT yang telah menghilangkan kotoran dari badanku dan memberikan kesehatan kepadaku.”

Seseorang tidak dianjurkan diam berlama-lama di dalam toilet. Akan tetapi, tergesa-gesa dan tidak berhati-hati dalam bersuci pun adalah sesuatu yang salah. Setelah semuanya selesai, seseorang harus segera keluar dari toilet dan meninggalkannya dalam keadaan bersih dan rapi.

About Abdul Jalil

Diamku الله Gerakku مُحَمَّد. Wong Lamongan, S1 di Psikologi UGM. I'm free man & traveler all id: abilngaji
This entry was posted in Ngaji. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published.