SESUNGGUHNYA ‘AKU TIDAK TAU’ ADALAH BAGIAN DARI RASA TAU

Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa yang berbuat dosa disebabkan karena sebuah fatwa yang salah, maka dosa tersebut hanya tertuju kepada orang yang memberi fatwa tersebut.” (H.R. Abu Daud)

Setiap orang harus mengatakan “aku tidak tahu” pada hal yang dia tidak mengetahuinya. Dan juga tidak boleh menyembunyikan hal yang dia tahu dari orang lain.

Para Sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah Saw, “Tempat yang paling baik itu dimana Ya Rasulallah?” Kemudian Rasulullah Saw menjawab, “Aku tidak tahu, coba aku tanya kepada Jibril.” Malaikat Jibril pun menjawab, “Aku juga tidak tahu, coba aku tanyakan kepada Allah Swt.” Allah menjawab, “Sebaik-baiknya tempat adalah masjid (tempat) yang di dalamnya dilakukan dzikir menyebut nama-Ku.”

Disini terdapat sebuah peringatan kepada orang yang memberikan fatwa agar lebih berhati-hati. Apabila ada sebuah masalah yang tidak dia ketahui dengan pasti, maka hendaknya tidak malu untuk mengatakan ‘Aku tidak tahu’.

Imam Syafii pernah berkata: “Aku pernah menyaksikan guruku Imam Malik, ketika ada yang bertanya kepadanya, dari 48 masalah 32 diantaranya beliau menjawab ‘aku tidak tahu.’

Suatu hari ketika Imam Abu Yusuf Rh berkata ‘aku tidak tahu’ kepada orang yang bertanya kepadanya akan sebuah masalah. Mereka berkata “Wahai Imam, engkau setiap harinya mendapatkan upah sekian dari negara, bagaimana bisa kau mengatakan ‘aku tidak tahu’ kepada orang yang bertanya kepadamu.” Lalu Imam Abu Yusuf menjawab: “Aku mendapatkan upah dari negara sesuai dengan apa yang aku ketahui. Dan seandainya aku diberi upah untuk apa yang tidak aku ketahui niscaya dunia dan seiisinya tidak akan cukup.”

Suatu hari ketika Abu Bakar Al-I’yazi Rh berdiri di mimbar, lalu ada seseorang yang bertanya sebuah masalah kepadanya, karena beliau tidak tahu, maka beliau menjawab ‘Aku tidak tahu’. Lalu orang tersebut berkata ‘Mimbar bukanlah tempat orang bodoh’. Lalu Abu Bakar Rh berkata: “Aku naik ke mimbar ini sesuai dengan ilmuku,  andai aku naik sesuai dengan kebodohanku,  niscaya aku akan naik setinggi langit.”

Suatu hari ada seseorang yang bertanya kepada Imam Sya’bi, karena tidak tahu beliau menjawab, “Aku tidak tahu”. Lalu orang-orang bertanya: “Bukan kah engkau merupakan seorang pemuka Agama di Iraq? tidak kah engkau malu dengan berkata ‘aku tidak tahu’ wahai Imam?”. Lalu Imam Sya’bi pun berkata: “Ketika para malaikat berkata  ‘Maha suci Allah, tidak lah kami memilki ilmu’,  lalu bagaimana aku dapat mengatakan ‘aku tahu’ kepada hal yang aku tidak ketahui.”

Suatu hari ada seorang  alim ditanya tentang sebuah masalah, namun alim tersebut berkata ‘Aku tidak tahu’. Lalu orang yang bertanya itu berkata: “Tempat yang kau duduki bukanlah tempat orang Jahil.” Lalu orang alim itu berkata: “Tempat ini adalah tempat untuk orang yang mengetahui sebagian sesuatu dan tidak mengetahui sebagian sesuatu yang lainnya. Allah lah yang maha mengetahui dan tiada sesuatu yang berada diluar pengetahuan-Nya. Dia terbebas dari menempati sebuah tempat.”

About Abdul Jalil

Diamku الله Gerakku مُحَمَّد. Wong Lamongan, S1 di Psikologi UGM. I'm free man & traveler all id: abilngaji
This entry was posted in Cerita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published.