PUISI GURUKU

Puisi Guruku….
Hatiku yang rindu telah hampir padamu
Tulang belulangku jauuh didalam penjara
Mengapa kau sembunyikan wajah dariku
Namun cinta… Tak mengenal rintangan.

Puisi
Meski makrifat barokahmu Belum merasuk jiwaku
Namun aku yakin, kaulah yang senantiasa menyinarkan matahari di langit
Dalam Saharamu, aku tinggal dan mengembara
Jika kami ibarat tanah tandus meretak oleh panas musim memeram rindu pada curahan langit, kaulah hujan yang membasah yang menyiram luka kemarau dengan sejuk airmu

لَوْ لاَ اْلمُرَبِّيْ مَا عَرَفْتُ رَبِّيْ
“Jika bukan kerana guruku, mana mungkin aku dapat mengenal Tuhanku.”

Kami adalah biji bijian yang tersebar ke permukaan bumi, kaulah kesuburan itu yang menggempurkan tiap tiap jengkal, sehingga mampu bersemi, melahirkan generasi generasi baru.
Jika kami adalah daun daun terubus, kaulah matahari yang menghijaukan kami, mengolah sari sari bumi, dari akar ke daun daun kami, lalu dahan, ranting, cabang, dan pepohonan kami adalah kehidupan yang mengisi hari hari,

Apabila aku ditanya para mentri-mentri, para presiden di seluruh Dunia
Apabila aku ditanya oleh malaikat, siapa yang menjadikanmu makrifat kepada Allah SWT
Dengan jelas dan tegar aku menjawab, Puisi…. Puisi…. Puisi….

Kami adalah kuncup kuncup bunga, kau adalah embun yang merekahkannya berjuta puspa warna warni, aroma itu mengalir tiada henti, semerbak ke seluruh taman negeri,
Kini dengarkanlah seluruh negeri, kami mempersembahkan alunan merdu padamu, tentang masa lalu masa kini dan masa mendatang, untukmu tetap terukir indah dalam hati sanubari….

About Abdul Jalil

Diamku الله Gerakku مُحَمَّد. Wong Lamongan, S1 di Psikologi UGM. I'm free man & traveler all id: abilngaji
This entry was posted in Puisi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published.