PROFIL DIASPORA MUDA LAMONGAN

Diaspora Muda Lamongan merupakan sebuah organisasi kepemudaan yang bersifat kesukarelaan (voluntary), non profit, independen dan tidak berafiliasi dengan partai politik manapun (non politik). Sekarang sudah berbadan hukum jelas dengan turunnya sertifikat atau AKTE Notaris yang dikeluarkan oleh direktorat jendral adminitrasi hukum umum RI, bisa dibilang organisasi ini sudah tidak kaleng-kaleng lagi, karena dalam hal administrasipun sudah legal dan patuh hukum, sesuai aturan UUD 45 sebagai landasan hukum negara indonesia.

Mengenai sejarah: Berawal dari diskusi kecil bersama Cak Hasan sahabat seperjuangan sejak di pondok MAWAR (Muhammad Nur Hassan) dengan saya sendiri (Abdul Jalil). Berangkat dari sebuah keresahan, karena banyaknya media berita di halaman pertama google yang mempublish berita negatif / kriminal tentang anak-anak muda di Lamongan. Padahal sejatinya pemuda/i Lamongan terkenal kompeten dan kompetitif dimanapun mereka berada. Sehingga hadirlah organisasi kepemudaan (youth alliance) ini sebagai wadah pemuda/i lamongan, terutama yang berstatus sebagai diasporan (perantau di luar negeri) yang mempunyai visi “Kembali, Mengabdi, dan Berkontribusi”. Kami sempat menginduk dengan DIASPORA RI, namum karena atensi dari teman-teman Lamongan yang cukup tinggi, kami akhirnya juga menampung aspirasi dulur-dulur rantau yang berada di dalam negeri atau stay di lamongan. Sejak saat itu kami sering  menyebut organisasi ini “DIASDA Lamongan” yang memiliki dua makna:

  1. Diaspora Muda (DIASDA) Lamongan: Tempat berkumpulnya pemuda/i perantauan yang berasal dari Kabupaten Lamongan.
  1. Media Aspirasi Pemuda (DIASDA) Lamongan: Sebagai tempat/wadah menyalurkan aspirasi, ide, dan gagasan dari pemuda/i Kabupaten Lamongan.

Oleh karena itu kami punya komitmen akan selalu support pemuda/i lamongan yang inspiratif, berprestasi, dan memiliki semangat yang sama. Untuk membangun tanah kelahiran dengan berbagai aksi dan karya anak muda.

Dalam sisi lain pada saat itu kami merasa miris dengan kondisi lamongan, baik dari segi pemerintahan pejabat publik, lingkungan, SDM, kemudian pemuda/pemudi yang di rantau maupun di dalam lamongan sendiri tidak semua punya gairah dan semangat yang membara dalam membangun daerah lamongan yang lebih baik lagi.

Kegelisahan seperti itu masih belum ada organisasi yang ideal sebagai wadah secara global dalam artian (organisasi yang menampung pemuda/pemudai yang berbeda kabupaten, provinsi bahkan sampai antar negara) nah dari sanalah muncul ide dan gagasan “Yo’opo rek nek ndewek iki kate nggawe organisasi DIASDA Lamongan gae njaring pemuda Lamongan seng nek njeru maupun seng nek rantau gae majukno tanah kelahiran Lamongan tercinta iki?” dari situlah bibit organisasi Diaspora Muda Lamongan mulai nampak, secara resmi oragiasasi Diaspora Muda Lamongan lahir pada tanggal 23 Juni 2018.

 

Di Diaspora Muda Lamongan, terkumpul semua elemen pemuda; baik itu, pelajar / mahasiswa, para pekerja profesional, maupun yang lain, mereka semua kita tampung dengan satu wadah bernama Diaspora Muda Lamongan atau DIASDA LA untuk bersama-sama mengabdikan diri kepada Lamongan sesuai dengan keahlian masing-masing, yang ahli dibidang pendidikan, kita fasilitasi untuk mengabdi, yang ahli wirausaha kita fasilitasi, yang ahli senipun juga kita fasilitasi, semuanya kembali pada  potensi yang dimiliki para pemuda/pemudi khusunya yang rantau karena mereka berkesempatan untuk lebih banyak menemukan ide pengalaman atau  hal yang baru dalam membuat inovasi tentang kegiatan apa yang cocok untuk kabupaten lamongan ini. Melihat jumlah penduduk lamongan diantara umur 17-40 tahun hampir 30% dari total jumlah penduduk, merupakan potensi besar untuk bareng-bareng menjadikan Lamongan lebih maju lagi.

 

Yang membedakan organisasi Diaspora Muda Lamongan dengan organisasi yang lain adalah, di DIASDA ini kita bisa belajar ilmu baru sekaligus mengabdikan diri kita sesuai dengan apa yang kita mampu, karena di dalamnya berkumpul orang Lamongan yang hebat-hebat dan sudah mengukir prestasi di bidangnya masing-masing, dan kita sifatnya terbuka bagi komunitas lain yang ingin kolaborasi dan aksi kegiatan bareng, di DIASDA ini SDM sangat mumpuni tinggal mau menggali  dibidang mana untuk di manfaatkan dan diajak mengabdi untuk Lamongan tercinta.

Diaspora Muda Lamongan menggunakan gaya online dan offline;
ONLİNE, berfokus pada branding Lamongan, agar makin dikenal di masyarakat luas, baik Indonesia maupun mancanegara

OFFLİNE, agar Diaspora Muda Lamongan, dapat terhubung, dengan masyarakat secara langsung, dan menyatukan sinergi, untuk pembangunan yang lebih baik.

 

Alhamdulillah, banyak kegiatan Diaspora Muda Lamongan sesuai dengan divisi masing-masing; misalnya WEBINAR/seminar online, Diaspora Mengabdi,  PNBB (Proyek Nulis Buku Bareng) yang setiap tahun menghasilkan satu buku sebagai wadah tekstual penyalur aspirasi, ide, gagasan teman-teman semua, ada seminar kewirausahaan sebagai penggerak roda perekonomian daerah, kemudian ada diskusi terkait isu-isu terkini, ada kegiatan baksos: sejuta cinta untuk lansia, konten memanusiakan manusia, traffic media ada juga kegiatan DIASDA LA yang diluar negeri semisal kerjasama dengan organisasi kepemudaan, ngopi virtual  dan masih buwanyak kegiatan lain lagi.

Kegiatan Diaspora Muda Lamongan sangat banyak dan nyata langsung dirasakan oleh masyarakat Lamongan tentunya, hasil dari PNBB kita buatkan buku kemudian kita distribusikan ke masyarakata umum agar terbuka lagi pengetahuannya mengenai kelamonganan, kemudian untuk masyarakat yang terdalampun sudah bisa kita jangkau dengan memberikan  edukasi tentang pendidikan, dan masih banyak lagi tentunya masyarakat sendiri yang merasakan dampaknya secara langsung.

 

Keanggotaan Diaspora Muda Lamongan terbuka bagi siapa saja yang secara sukarela ingin bergabung dan memenuhi syarat yang ditentukan oleh panitia seleksi anggota baru, adapun syaratnya sebagai berikut:

  1. Pemuda/i Lamongan berusia 17 – 40 tahun.
  2. Memiliki jiwa kesukarelawanan (volunteering)
  3. Bermukim di Lamongan maupun berada di perantauan, baik di dalam negeri maupun luar negeri (melalui seleksi).
  4. Profesional atau menguasai di bidang masing-masing. (karena di DIASDA mempunyai berbagai divisi antara lain: INFOKOM (Informasi dan Komunikasi), KASTRAT (Kajian Strategis), WMM (Wirausaha Muda Mandiri), RISTEG (Riset dan Kelembagaan), PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia), SOSLINMAS (Sosial, Lingkungan dan Masyarakat).
  5. Memiliki niat atau ingin bersama-sama mengabdi dan berkontribusi untuk Kabupaten Lamongan.

Salam Diaspora
Kembali, Mengabdi, Berkontribusi
Terimakasih

Posted in Diaspora Muda Lamongan | 1 Comment

PEMUDA KEMBALI KE DESA

Sebelum kita berbicara mengenai Lamongan, perlu kita tengok kembali bahwa Indonesia merdeka bukan sekedar nama pengingat keindahan dan kekayaan alam, melainkan kedaulatan negara kesatuan. Seberapa bangga kita dilahirkan sebagai orang Indonesia? Seberapa senang kita dibesarkan di kabupaten Lamongan? Tidak sedikit dari kita sebagai orang Lamongan yang merantau dan tidak kembali ke tanah asal lagi, baik dari segi fisik maupun ide gagasan, bahkan ada juga yang merasa malu ketika orang lain tahu kalau ia berasal dari Lamongan baik karena banjir, bom amrozi, serta kekurangan lain di kelas kabupaten yang belum menjadi kota ini.

Sebesar apa rasa kepemilikan kita terhadap Lamongan, sedang ketika kita sudah sukses diperantauan enggan akan kembali, apalagi ke kampung halaman lagi. Hal seperti ini tidak asing lagi, bukan hanya warga Lamongan saja melainkan warga Indonesia, banyak orang alim atau pintar kemudian ia lalai dan tidak mau kembali ke tempat asalnya baik kelas kota maupun negara, mengapa hal seperti itu terus berlanjut dan beranak pinak, padahal kalaupun kita merantau masih bisa kita gunakan ide, gagasan, sumbangsih materi dan juga pikiran yang bertimbal balik untuk tanah kelahiran kita, ya tinggal pilih saja pulang atau mengabdi dari jauh, tapi dalam faktanya bukan seperti itu.

Dari zaman dulu sampai sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan dan dalam setiap kabangkitan itu pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Preseiden RI pertama Ir. Soekarno sebagai tokoh nasionalis kita juga telah melakukan pembenaran terhadap urgensitas pemuda dalam sebuah kebangkitan dengan pernyataannya yang mengatakan bahwa “berikan kepadaku seratus orang tua akan kugoncangkan Indonesia, dan berikan kepadaku sepuluh pemuda saja akan kugoncangkan dunia”. Pernyataan itu sekaligus memberikan pemahaman dan keyakinan kepada kita bahwa pada hakekatnya masa depan suatu bangsa terletak ditangan pemuda.

Aku ingin pulang ke Lamongan, tapi apakah mungkin Lamongan mau menerimaku sebagai warganya, bersedia mendengarkan aspirasi dan mau mencoba menerapkan ide gagasan baru yang kubawa, atau justru akan lebih memilih cari aman, diam dan tidak siap menerima resiko untuk perkembangan serta kemajuan kabupaten yang lebih baik. Seperti halnya layanan publik yang masih jauh dari efisien dan memuaskan sehingga tingkat kepuasan publik terhadap pemerintah terus menurun sejak 2009.

Pemuda adalah ujung tombak, tapi tidak semua ujung tombak itu lancip karena tidak semua pemuda mengerti dan memahami perannya, padahal perjalanan suatu bangsa dalam konteks peradaban tidak lepas dari lakon gerakan pemuda. Sedangkan gerakan pemuda dimanapun di dunia ini sangat menentukan kemajuan suatu bangsa, karena apabila suatu bangsa memiliki generasi muda yang berkepribadian matang, bertanggungjawab, memiliki kualitas keimanan dan ilmu yang kuat, serta sadar akan jati diri maka dimasa mendatang bangsa inilah yang akan memegang kendali nanti.

Menjadi seorang pemuda di perantauan bukan berarti kita telah meninggalkan tanah kelahiran, justru karena kita merantau akan menemui banyak hal baru yang sekiranya belum ada atau belum diterapkan di Lamongan, baik dari segi pendidikan, infrastruktur, budaya, dan hal positif lainnya yang bisa kita pelajari serta kita jadikan contoh untuk kemajuan kabupaten kita.

Pulang ke tanah kelahiran adalah cara terbaik untuk kembali, karena disana kita bisa terjun secara langsung, bertatap muka serta mengetahui kondisi lapangan yang sesungguhnya, teori ataupun pengalaman yang pernah kita temui diperantauan tidak semuanya bisa kita praktekkan atau kita aplikasikan di daerah kita, hal tersebut untuk mengurangi ketimpangan, kesenjangan dan kesalahan dalam komunikasi perlu adanya kehadiran, keberadaan kita disana.

Hubungan pemuda rantau dan Pejabat Publik perlu dijaga sejak dini, untuk mengantisipasi adanya pemuda yang terkungkung dari dunia isolasi hingga tercabut dari realitas sosial yang melingkupinya. Tidak hanya Pejabat Publik atau Kepala Desa saja yang perlu mengontrol serta memberi dukungan melainkan juga pemuda yang tinggal di daerah tersebut, sebut saja karang taruna, karena sejatinya pemuda itu sebagai jembatan dan berfungsi sebagai social control (kontrol sosial).

Hal terkecil adalah menanyakan kabar, bagaimana perkembangan dan kesibukan di tanah rantau, apakah ada masalah atau hal yang perlu di bantu, serta memberikan informasi kegiatan atau kejadian yang ada di tanah kelahiran. Dari hal sederhana itu akan timbul rasa kepemilikan dan proses menghargai dari tanah kelahiran. Sehingga muncullah feed back adanya kemauan rasa peduli, kembali dan berbagi dari pengalaman, ide, gagsan, ilmu baru yang sekiranya bisa diterapkan di daerah asal.

Bagaimana dengan pemuda rantau yang sudah menikmati pekerjaannya sehingga tidak mau pulang? Disinilah pentingnya sosial kontrol dari dalam (tanah kelahiran), selain status pemuda sebagai sosial kontrol mereka juga perlu di kontrol. Karena tidak sedikit pemuda yang sudah merantau kemudian mengalami kegamangan atas dirinya maupun peran-peran kemasyarakatan yang semestinya diambil. Mereka pun tidak lagi memiliki kesadaran kritis dan bahkan sebaliknya bersikap apolitis. Jika sudah seperti ini, apa yang bisa disumbangkan untuk tanah kelahiran, bagaimana bentuk pengabdian yang akan dilakukan.

Pemuda Lamongan adalah pemuda yang luar biasa, hampir disetiap kota yang ada di Indoensia ini pasti ada orang Lamongan, meskipun keberadaan mereka bukan untuk studi atau kuliah melainkan bekerja, misalkan membuka warung Soto Lamongan, tapi menurut saya keberadaan mereka adalah keberadaan Lamongan.

Kabupaten Lamongan adalah termasuk wilayah yang kecil, akan tetapi pemudanya menyebar diberbagai tempat. Jika hal tersebut diberdayakan tentu akan bisa menjadi aset Bangsa. Dengan adanya soto Lamongan di berbagai daerah akan bisa menyumbang penggunaan makanan lokal dan mengurngi berbagai produk dari luar negeri, itu juga bagian kecil dari kontribusi.

Penghasilan yang di dapatkan juga cukup menghiurkan, jika ada pendataan dari pemerintah dimana saja keberadaan Soto Lamongan dibuka dan berasal dari daerah mana, suatu saat ketika ada momentum atau kegiatan agustusan misalnya bisa diberdayakan untuk berkontribusi secara materi meski tidak ditentukan jumlahnya tentu akan membantu dan meringankan beban acara yang diselenggarakan pemuda di kampung halamannya.

Dimanapun keberadaan kita, apapun status kita, mau tidak mau kita harus bangga menjadi bagian dari warga Lamongan, karena selain dilengkapi dengan berbagai macam kebutuhan pangan di daerah kita, budaya yang mendamaikan kehidupan, Lamongan juga menjadi tempat yang aman dari berbagai ancaman bahaya.

Mengabdi pada Lamongan sama saja membangun Indonesia, sedikit ataupun banyak tetap saja namanya kontribusi. terus bergerak hingga nafas terakhir. Untuk membangun daya saing Kabupaten Pemuda harus kembali ke Desa, baik secara ide, gagasan, ilmu maupun kehadiran secara langsung.

Posted in Diaspora Muda Lamongan | Leave a comment