KEBAIKAN TALHAH BIN UBAIDILLAH RA  

“Sesungguhnya sedekah dapat memadamkan panasnya api di liang lahat. Dan sesungguhnya orang mukmin akan diberikan keteduhan di hari kiamat karena sedekah yang mereka lakukan”. (HR. Baihaqi, Syu’abul Iman)

Talhah bin Ubaidullah Ra adalah salah seorang sahabat yang termasuk dari ‘Asyarah Mubasyarah” (sahabat yang dipastikan akan masuk surga). Karena sifat baiknya, beliau mampu memberikan sedekah  ratusan ribu dinar dalam sehari. Ketika sehari saja beliau tidak bersedekah, beliau tidak bisa tidur. Beliau juga membebaskan 10 tawanan perang pada Perang Badar dengan membayar tebusannya, dan beliau juga membayarkan  hutang orang-orang dari Bani Jasyim.

Suatu hari Rasulullah Saw datang ke sebuah sumur di desa Dzukarad yang terdapat di kota Baysan dan beliau bertanya mengenai nama sumur tersebut.

Kemudian para sahabat menjawab, “Ya Rasulullah, nama sumur itu adalah Baysan, rasanya asin dan pahit”.

Rasulullah Saw pun bersabda, “Tidak, nama sumur itu adalah Na’maan, rasanya pun manis”.

Ketika Rasulullah Saw mengganti nama sumur tersebut, Allah Swt pun mengganti rasanya dan menghilangkan rasa pahit pada sumur tersebut.

Kemudian Talhah bin Ubaidullah Ra, membeli sumur tersebut dan mewakafkannya, sekaligus beliau menyembelih seekor unta  dan membagikannya ke masyarakat, atas perbuatannya tersebut Rasulullah Saw bersabda,

“Ya Talhah, kamu adalah “Talhatul Fayyadz!”. Setelah itu, beliau dipanggil dengan sebutan Talhatul-Fayyadz oleh para sahabat lainnya. (Fayyadz: orang yang baik dan sangat suka melakukan kebaikan).

Talhah bin Ubaydullah Ra berkata: “Seseorang yang rendah hati adalah orang yang memuji seseorang dibalik kejelekannya. Teman yang baik itu lebih baik bagimu dari pada nafsumu. Karena nafsu memerintahkan keburukan sedangkan teman yang baik selalu mengajak kepada kebaikan.”

Tidak ada kebaikan di dalam hidup apabila tidak ada rasa malu pada diri seseorang.

*Santri Sulaimaniyah

Posted in Ngaji | Leave a comment

HIKMAH (KATA-KATA MUTIARA) DARI SAYYIDINA ALI BIN ABI THALIB

“Kemiskinan untuk sahabatku adalah kebahagiaan. Sedangkan kekayaan untuk orang-orang mukmin pada akhir zaman adalah kebahagiaan.” (HR. Kanzul Umal)

Orang yang memiliki adab (perilaku yang baik) lebih baik daripada orang yang memiliki emas. Adab  adalah perhiasan manusia. Barangsiapa yang ingin menjadi orang yang bermanfaat untuk keluarganya, maka ajarkanlah adab kepada mereka. Barangsiapa yang setiap paginya memulai pekerjaan lebih awal, maka dia akan beruntung (sukses).

Berbuat baik kepada ibu dan bapak (orang tua) adalah amal salih yang paling tinggi. Umur yang berkah adalah dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik, sedangkan harta yang berkah adalah dengan mengeluarkan zakat. Janganlah kamu meremehkan kebaikan dan kemurahan hati yang telah kamu lakukan dengan mengumbar-umbarnya (riya).

Jika kamu bersabar atas masalah-masalah yang datang kepadamu, maka sesungguhnya kamu telah mendapatkan sebuah kemenangan. Sesungguhnya hasil dari kesabaran adalah kematangan (pendewasaan). Janganlah menuruti hawa nafsumu, maka hidupmu akan nyaman. Perut adalah musuh seseorang (manusia).

Orang yang beruntung adalah orang yang memilih akhirat dan melepaskan duniawi. Orang yang meninggalkan agama dan memilih (kenikmatan) duniawi semata hanya akan mendapatkan kekecewaan (sia-sia). Seseorang yang menangis karena takut kepada Allah Swt, cahaya matanya semakin bertambah.

Hari sabtu dan kamis pagi adalah waktu yang paling berkah. Orang  yang banyak bicara akan mengalami masalah. Jika pada waktu muda kamu telah melewatkan amalan-amalan yang baik, maka berusahalah untuk melakukannya ketika kamu mulai menjadi tua. Banyaknya orang yang makan dalam suatu jamuan adalah sebab turunnya keberkahan pada makanan tersebut. Janganlah kita mengharapkan balasan atas ilmu yang telah kita ajarkan.

Selama manusia tidak sempurna adab dan pendidikannya, dan selama kaum bangsawan tidak bersatu dengan pendidikan, maka pendidikan dan nasabnya tidak dianggap. Orang yang berada di jalan yang Allah ridhai, akan murni dan tulus dalam menjalin rasa persaudaraan dan kasih sayang. Sedangkan orang yang sering berbuat dosa dan keburukan tidak akan murni dalam menjalin rasa kasih sayang dan persaudaraan.

*Santri Sulaimaniyah

Posted in Ngaji | Leave a comment