ARTI LAFADZ ADZAN

“Apabila dikumandangkan adzan di suatu tempat, pada hari itu Allah Swt melindungi orang-orang yang terdapat di tempat itu dari azabnya.” (HR. Thabrani, Mu’jam al Kabir)

Imam Rabbani Ks berkata,

1-Allahu Akbar:
Allah Swt adalah tuhan yang Maha Besar yang sama sekali tidak memerlukan ibadah para hamba-Nya. Lafadz ini (Allahu Akbar) diulangi empat kali (di dalam adzan) untuk menunjukan makna ta’kid atau menguatkan.

2-Asyhadu an laa ilaaha illallah:
Aku bersaksi bahwa Allah Swt Maha Kaya dan tidak memerlukan ibadah para hamba-Nya. Dan tidak ada yang pantas  disembah kecuali Allah Swt.

3- Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah:
Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad Saw adalah seorang Rasul Allah dan juga seorang yang membawa ajaran-ajaran Allah Swt dan menyampaikan kepada umatnya. Dan hanya dengan ajaran yang di sampaikan oleh Rasulullah saw kita bisa beribadah kepada Allah swt dengan benar.

4-5-  Hayya ala’s-shalaah, Hayya ala’l-falaah:
Dua kalimat ini mengajak orang-orang untuk melaksanakan shalat dan meraih kemenangan.

6-Allahu Akbar:
Tidak ada seorangpun yang dapat beribadah secara layak kepada Allah Swt.

7- Laa ilaaha illallaah:
Kalaupun tidak ada seorang yang dapat beribadah secara layak kepada Allah swt, tidak ada keraguan bahwa yang layak dan pantas disembah hanyalah Allah Swt.
Semestinya kita harus menyadari betapa besar dan agungnya ibadah shalat dari kalimat-kalimat yang begitu agung yang dikumandangkan di dalam adzan ketika masuk waktu shalat.
Dan telah jelaslah betapa banyak fadhilah shalat dari adzan.
“Ya Allah dengan kemulian Rasulullah Saw sebagai Sayyidul Anbiya, maka jadikanlah kami sebagai orang-orang yang melaksanakan shalat dengan khusyu’ sehingga meraih kemenangan.” ( Mektubat-I Imam Rabbani Ks – 1/m. 303)

*Santri Sulaimaniyah

Posted in Ngaji | 1 Comment

KEUTAMAAN MEMBACA TASBIH SETELAH SHALAT

“Barangsiapa setelah shalat lima waktu membaca 33 kali ‘Subhanallah’, 33 kali ‘Alhamdulillah’, 33 ‘Allahu Akbar’, maka semua ini menjadi 99. Kemudian menggenapkannya menjadi seratus dengan membaca ‘Laa ilaha illallahu wahdahuu Laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa alaa kulli syain qadiir’, maka dosa-dosanya akan diampuni walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR.Muslim)

Abu Hurairah Ra meriwayatkan, “Telah datang orang-orang fakir dari kaum Muhajirin kepada Rasulullah Saw seraya berkata, “Ya Rasulullah, orang-orang kaya dengan hartanya bisa mendapatkan kedudukan yang tinggi dan kenikmatan yang abadi. Mereka melaksanakan shalat sama seperti kami, mereka juga berpuasa sama seperti kami. Dan juga mereka memiliki harta yang lebih, sehingga mereka dapat menunaikan ibadah haji, umrah, berjihad dan memberikan sedekah.”

Rasulullah Saw bersabda, “Maukah aku sampaikan kepada kalian sesuatu, ketika kalian melakukan sesuatu tersebut kalian bisa menyamai orang-orang yang telah melewati kalian (dari segi amal ibadah) dan juga orang-orang yang datang setelah kalian tidak akan bisa menyamai kedudukan kalian, begitu pula kalian bisa menjadi orang yang terbaik diantara kelompok kalian kecuali orang-orang kaya yang melakukan hal yang sama.”

“Setiap sesudah melaksanakan shalat fardhu kalian bacalah 33 kali tasbih (Subhanallah),  33 kali tahmid (Alhamdulillah), dan 33 kali takbir (Allahu Akbar).”

Orang-orang fakir pun mengerjakan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Kemudian mereka juga memberitahukan kepada orang-orang kaya apa yang telah mereka kerjakan. Orang-orang  kaya pun ikut mengerjakan seperti yang mereka kerjakan. Beberapa waktu kemudian, para sahabat Nabi yang fakir datang dan memberitahukan kepada Rasulullah saw tentang hal ini seraya berkata, ‘’Ya Rasulullah, saudara-saudara kami yang kaya juga mengerjakan apa yang telah kami kerjakan.’’

Oleh sebab itu Rasulullah saw bersabda, “Yang kalian katakan ini merupakan suatu kelebihan dan ihsan yang Allah berikan kepada orang  yang Dia kehendaki.
Wahai orang-orang fakir, ketika di akhirat orang-orang muslim yang fakir masuk surga lebih dulu setengah hari yakni lima ratus tahun sebelum orang-orang kaya, apakah hal ini tidak membuat kalian senang?”

*Santri Sulaimaniyah

Posted in Ngaji | Leave a comment