MEMBERI SALAM SUNNAH, MENJAWABNYA FARDHU

“Dan apabila kalian dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang sepadan) dengannya. Sesungguhnya Allah Swt selalu memperhitungankan atas segala sesuatu.” (QS. An-Nisa: 86)

Salam, ialah suatu  bentuk doa dan harapan terhadap sesama muslim yang berarti “semoga kalian senantiasa selamat (terlindungi) dari segala bentuk musibah dan bencana”. Ucapan salam yang paling singkat adalah “Assalamualaikum”.

Menjawab salam bagi yang mendengar, hukumnya fardhu (wajib). Namun bila salam tersebut diucapkan kepada sekelompok orang (jamaah), maka sebagian orang saja yang menjawab sudah cukup menggugurkan kewajiban (menjawab salam) dari sebagian orang yang lain (fardu kifayah).

Meskipun memberi salam hukumnya sunnah dan menjawab salam hukumnya fardhu, namun memberi salam memiliki balasan pahala yang lebih besar dibanding menjawabnya.

Jawaban salam harus terdengar oleh pemberi salam. Menjawab salam tidak memenuhi persyaratan apabila mengucapkannya dengan suara berbisik/pelan sehingga pemberi salam tidak dapat mendengarnya.

Apabila salam diucapkan kepada sekelompok orang (jama’ah) yang di dalamnya terdapat anak-anak, maka jawaban salam juga dianggap tidak memenuhi syarat jika hanya dijawab oleh anak-anak yang belum balig tersebut.

Seorang wanita wajib menjawab salam dari seorang laki-laki. Hanya saja, wanita tidak diperkenankan untuk meninggikan suaranya ketika menjawab salam tersebut.

Perihal tentang wanita yang mengucapkan salam kepada seorang lelaki; apabila wanita tersebut adalah wanita tua maka seorang lelaki diperbolehkan menjawabnya. Namun bila yang mengucapkan salam adalah wanita muda, maka lelaki tersebut dapat menjawab  salam dari dalam hati saja.

Tidak dianjurkan mengucapkan salam untuk seseorang yang sedang membaca Alquran. Hal ini dikarenakan tidaklah pantas menyibukkan orang yang sedang “sibuk” membaca Kalam Ilahi dengan sesuatu yang lain, meskipun itu adalah salam. Namun demikian, seseorang yang sedang membaca Al-Qur’an tetap diwajibkan menjawab salam yang disampaikan kepadanya.

Salam hanya wajib dijawab oleh seorang yang memang salam tersebut diucapkan kepadanya.

Menjawab salam dengan lafal “Waalaikum salam wa rahmatullahi wa barakaatuh” memiliki arti “Semoga keselamatan, rahmat dan keberkahan dari Allah Swt tercurahkan atas kalian”. Inilah lafal sempurna dalam menjawab salam.

Namun, mengatakan “waalaikum salam” saja, sudah cukup memenuhi syarat dalam menjawab salam itu.

Posted in Ngaji | Leave a comment

MENYIBUKKAN DIRI DENGAN HAL-HAL YANG BAIK & BERMANFAAT

“Diantara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976).

Sepatutnya tiap manusia dapat menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya dan tidak menghabiskan waktunya untuk hal yang tidak berguna. Jika tidak, penyesalan bukanlah sesuatu yang bisa memberi manfaat dan tidak mungkin waktu yang terbuang dapat kembali lagi.

Allah Swt. berfirman dalam Surah Al-An’am ayat 151:
“…dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi…”

Berbuat dosa, baik nampak maupun tersembunyi adalah haram. Meskipun orang lain tidak dapat mengetahui perbuatan dosa yang tersembunyi, Allah Swt. akan dapat mengetahuinya. Seseorang yang takut kepada Allah Swt. dan senantiasa berusaha untuk menaati hukum-hukumNya, tidak akan mengerjakan suatu keburukan, bahkan mendekatinya sekalipun.

Suatu hari, seorang ulama bernama Bahlul Dana rah. menyaksikan sekumpulan anak kecil sedang bermain di tepi jalan. Namun, salah seorang di antara mereka terlihat sedang menangis sambil melihat teman-temannya bermain.

Maka Bahlul  Dana rah. berkata:

“Mengapa kamu menangis? Nanti aku akan berikan mainan juga untukmu!”

Anak tersebut berkata: “Kita tidak diciptakan untuk main-main.”

“Anakku, lalu untuk apa sekiranya kita diciptakan?” tanya Bahlul Dana rah. lagi.

“Kita diciptakan untuk menuntut ilmu dan beribadah!” jawab anak tersebut.

Kemudian Bahlul Dana rah. berkata: “MaasyaAllah! Selamat anakku! Dari mana kamu tahu hal itu?”. Kemudian anak itu menjawab:

“Aku mengetahuinya dari firman Allah Swt, berikut ini:
(Artinya: “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”

Manusia tidak diciptakan secara sia-sia belaka. Tugas kita adalah mengenali Allah Swt, membenarkanNya seraya hidup dalam ibadah dan ketaatan kepadaNya.

Posted in Ngaji | Leave a comment