“Diantara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976).
Sepatutnya tiap manusia dapat menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya dan tidak menghabiskan waktunya untuk hal yang tidak berguna. Jika tidak, penyesalan bukanlah sesuatu yang bisa memberi manfaat dan tidak mungkin waktu yang terbuang dapat kembali lagi.
Allah Swt. berfirman dalam Surah Al-An’am ayat 151:
“…dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi…”
Berbuat dosa, baik nampak maupun tersembunyi adalah haram. Meskipun orang lain tidak dapat mengetahui perbuatan dosa yang tersembunyi, Allah Swt. akan dapat mengetahuinya. Seseorang yang takut kepada Allah Swt. dan senantiasa berusaha untuk menaati hukum-hukumNya, tidak akan mengerjakan suatu keburukan, bahkan mendekatinya sekalipun.
Suatu hari, seorang ulama bernama Bahlul Dana rah. menyaksikan sekumpulan anak kecil sedang bermain di tepi jalan. Namun, salah seorang di antara mereka terlihat sedang menangis sambil melihat teman-temannya bermain.
Maka Bahlul Dana rah. berkata:
“Mengapa kamu menangis? Nanti aku akan berikan mainan juga untukmu!”
Anak tersebut berkata: “Kita tidak diciptakan untuk main-main.”
“Anakku, lalu untuk apa sekiranya kita diciptakan?” tanya Bahlul Dana rah. lagi.
“Kita diciptakan untuk menuntut ilmu dan beribadah!” jawab anak tersebut.
Kemudian Bahlul Dana rah. berkata: “MaasyaAllah! Selamat anakku! Dari mana kamu tahu hal itu?”. Kemudian anak itu menjawab:
“Aku mengetahuinya dari firman Allah Swt, berikut ini:
(Artinya: “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”
Manusia tidak diciptakan secara sia-sia belaka. Tugas kita adalah mengenali Allah Swt, membenarkanNya seraya hidup dalam ibadah dan ketaatan kepadaNya.