LATAR BELAKANG
Perkembangan zaman membuat banyak perubahan terhadap dunia, termasuk salah satunya adalah adanya permasalahan kepemimpinan baik di kalangan pejabat maupun mahasiswa. Pemimpin yang dianggap bisa memimpin adalah pemimpin yang memiliki pengaruh besar terhadap lingkungan, dapat menginspirasi anggotanya, dan bisa mengayomi masyarakatnya secara keseluruhan. Namun pada kenyataan yang ada masih banyak para anggota yang merasa tidak terayomi khususnya di kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada dalam kepemimpinan tersebut proses interaksi yang terjadi hanya sebatas menjalankan program kerja yang ada, kelekatan antara pemimpin dan anggotanya belum bisa terjalin secara emosional karena kebutuhan anggota baik secara pribadi maupun organisasi merasa belum terpenuhi, hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada “Pemimpin mampu memahami kebutuhan anggota dan membuat mereka merasa dihargai serta dipahami” (Judge dan Piccolo, 2004).
Organisasi semakin terasa sunyi ketika proses interaksi yang terjadi baik antara anggota dengan anggota maupun pemimpin dengan anggota tidak memiliki pengaruh yang ideal, yang penting semua berjalan sesuai program kerja saja tanpa mempertimbangkan pemimpin mampu atau tidak untuk mendorong kepada anggotanya menjadi pengikut yang dapat termotivasi oleh pemimpinya. Ruang proses untuk berdialektika dalam sebuah organisasi semakin lama semakin menghilang karena dari gaya kepemimpinan yang berbeda-beda selain itu permasalahan lain banyak anggota yang tiba-tiba tidak terlihat dan tidak ada kejelasan, semua itu bisa terjadi karena model kepemimpinan atau seorang pemimpin yang tidak dapat memahami dan menghargai anggotanya.
Padahal idealnya seorang pemimpin adalah tidak hanya mampu memimpin dirinya sendiri dan menjalankan tugas dari program kerja, namun seorang pemimpin juga harus bisa memimpin anggotanya dengan berinteraksi atau berkomunikasi dengan baik sehingga dapat memberikan pengaruh bagi organisasi dan anggotanya selain itu juga pemimpin harus dapat memberikan motivasi dan dapat menginspirasi anggota secara keseluruhan. Maka dari itulah, gaya kepemimpinan transformasional menjadi satu variabel yang menarik untuk diukur di kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada.
DASAR TEORI
Definisi Teoritis
Menurut James MacGregor Burns kepemimpinan transformasional adalah proses dimana orang terlibat dengan orang lain dan menciptakan hubungan yang meningkatkan motivasi dalam diri pemimpin dan anggota. Sedangkan dalam Jurnal Leadership and Adolescent Girls a Qualitative Study of Leadership Development kepemimpinan transformasional dicirikan sebagai perspektif yang lebih inklusif dan berfokus pada proses menjadi seorang pemimpin, serta menggerakkan individu dari posisi pengikut menjadi seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan transformasional didasarkan pada pemimpin yang menggunakan pengaruh ideal, motivasi yang menginspirasi, rangsangan intelektual, dan pertimbangan yang disesuaikan dengan individu. Wanita (pada meta-analisis milik Eagly dkk., 2001), melebihi pria pada skala Transformational Leadership.
Aspek
Judge dan Piccolo (2004) menyebutkan bahwa kepemimpinan tradisional memiliki empat dimensi atau aspek yaitu :
- Idealized influenced (pengaruh ideal) :
Pemimpin memiliki pengaruh yang besar dan mendapatkan kesan yang baik dari orang sekelilingnya.
- Inspirational motivational (motivasi yang menginspirasi) :
Pemimpin mampu memberikan motivasi dan menjadi inspirasi bagi orang-orang di sekelilingnya.
- Intellectual stimulation (rangsangan intelektual) :
Pemimpin mampu mendorong dan merangsang anggotanya untuk menjadi kreatif dan berani mengambil resiko atas segala keputusan yang telah dibuatnya.
- Individualized consideration (pertimbangan yang diadaptasi) :
Pemimpin mampu memahami kebutuhan anggota dan membuat mereka merasa dihargai serta dipahami.
Validitas dan Reliabilitas
Validitas yang digunakan dalam penyusunan skala kepemimpinan transformasional ini adalah validitas isi dan validitas konkuren (eksternal). Validasi isi bertujuan untuk melihati relevansi aitem dengan indikator keperilakuan dan dengan tujuan ukur sebenarnya. Pada validitas isi kami meminta kesediaan beberapa penilai yang kompeten (professional judgement) untuk membantu memberikan penilaian apakah aitem yang telah kami susun relevan dengan tujuan ukur skala.
Validitas isi yang kami gunakan adalah koefisien validitas isi Aiken dan koefisien validitas isi CVR (Content Validity Ratio). Koefisien validitas isi Aiken didasarkan pada panel ahli sebanyak n orang terhadap suatu aitem mengenai sejauh mana aitem tersebut mewakili konstruk yang diukur. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan angka antara 1 (sangat tidak mewakili atau sangat tidak relevan) sampai 5(sangat mewakili atau sangat relevan). Rentang angka V yang mungkin diperoleh adalah antara 0 sampai dengan 1,00.
Rumus validitas Aiken dapat ditulis sebagai berikut :
V =
Keterangan :
lo = angka penilaian validitas yang terendah (dalam hal ini = 1)
c = angka penilaian validitas tertinggi (dalam hal ini = 5)
r = angka yang diberika oleh penilai
s = r – lo
n = banyaknya penilai
Validitas CVR, para ahli (Subject Matter Experts atau SME) diminta untuk menyatakkan apakah aitem dalam skala sifatnya esensial bagi operasionalisasi konstrak teoritik skala yang bersangkutan. Aitem dinilai esensial apabila aitem tersebut dapat mewakili tujuan pengukuran dengan baik. Penilaian SME menggunakan lima tingkatan skala mulai dari 1 (sama sekali tidak esensial atau tidak relevan) sampai dengan 5 (sangat esensial dan sangat relevan). Angka CVR bergerak antara -1,00 sampai dengan +1,00. Apabila CVR bernilai 0,00 berarti 50% dari SME dalam panel menyatakan aitem adalah esensial dan oleh karena esensial aitem itu menjadi valid. Rumus validitas CVR dapat ditulis sebagai berikut :
CVR = (2ne / n) – 1
Keterangan :
ne = Banyaknya SME yang menilai suatu aitem esensial
n = Banyaknya SME yang melakukan penilaian
Validasi konkuren yang juga sering disebut validitas eksternal merupakan syarat pembuatan skala yang paling ideal. Dengan memvalidasi skala menggunakan validitas eksternal, kita mampu memperoleh korelasi antara skala yang kita buat dengan ukuran lain sebagai kriteria (criterion-related validity). Apabila kita menghitung koefisien korelasi antara hasil ukur skala tersebut dengan hasil ukut instrumen lain yang sudah teruji dan terpercaya kualitasnya atau dengan ukuran-ukuran yang dianggap dapat menggambarkan aspek yang diukut tersebut secara reliabel dapat menggambarkan aspek yang diukur tersebut secara reliabel. Dalam validitas eksternal, kelompok kami menggunakan skala Self-Esteem untuk memperoleh hasil validasi eksternal.
Reliabilitas berbicara tentang kecermatan hasil pengukuran dari sebuah alat ukur, dalam hal ini, skala psikologi. Dengan diketahuinya reliabilitas, akan dapat diinterpretasikan pula apakah hasil pengukuran dari skala psikologi yang disusun dapat dipercaya atau tidak. Ada berbagai macam prosedur dalam melakukan uji reliabilitas namun dikarenakan skala kami berupa single-trial administration, dimana suatu alat ukur dikenakan sekali kepada sekelompok subjek, maka prosedur uji reliabilitas yang sesuai adalah koefisien cronbach-alpha dan beberapa koefisien lain yang serupa.
Prosedur dalam uji reliabilitas jenis single-trial administration membutuhkan prosedur pembelahan alat ukur baik secara acak maupun dengan aturan tertentu seperti pembelahan ganjil-genap (aitem bernomor ganjil dengan aitem bernomor genap). Usai pembelahan aitem dilakukan kemudian skor-skor aitem dikomputasi hingga menemukan koefisien reliabilitas.
METODE PENELITIAN
Definisi Operasional
Kepemimpinan transformasional adalah gaya pemimpin berinteraksi dengan anggota dimana pemimpin memiliki pengaruh yang besar terhadap anggota, pemimpin dapat memotivasi anggota dan menjadi inspirasi bagi anggota, pemimpin mendorong anggota untuk mengembangkan kemampuan intelektual, serta pemimpin memberikan pertimbangan-pertimbangan yang disesuaikan dengan kebutuhan anggota.
Subjek
Penyusunan skala ini mengambil subjek mahasiswa Universitas Gadjah Mada dengan karakteristik pernah menjadi pemimpin seperti ketua organisasi, ketua panitia ataupun koordinator panitia. Total subjek yang diambil adalah 71 orang mahasiswa.
Blueprint
ASPEK |
INDIKATOR |
BOBOT (%) |
Idealized Influenced |
|
33 |
|
||
Inspirational Motivation |
|
22 |
|
||
Intellectual Stimulation |
|
22 |
|
||
Individualized Consideration |
|
22 |
|
||
TOTAL |
100 |
Validitas dan Reliabilitas
- Validitas Isi
Untuk menguji validitas isi skala, dilakukan expert judgement dengan lima orang mahasiswa S2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada sebagai expert. Penilaian dilakukan dengan memberi nilai pada aitem berkisar dari angka satu (1) yang menandakan aitem sangat tidak mewakili indikator perilaku variabel hingga angka lima (5) yang menandakan aitem sangat mewakili indikator perilaku. Hasil penilaian kemudian dikomputasi dengan formula Aiken dan Lawshe’s CVR untuk menemukan koefisien validitas isi (hasil komputasi terlampir). Aitem dengan nilai dibawah 0.3 (untuk Aiken) dan nilai negatif (untuk CVR) kemudian dieliminasi.
- Validitas Eksternal
Pengujian validitas eksternal menggunakan kriteria lain berupa skor skala psikologi. Skala psikologi yang digunakan adalah skala yang mengukur harga diri atau self-esteem (Azwar, 1979). Skala self-esteem tersebut kemudian disajikan bersama dalam satu bendel dengan skala kepemimpinan transformasional. Skoring skala menggunakan angka yang berkisar dari angka satu (1) untuk pilihan Sangat Tidak Sesuai (STS) hingga angka lima (5) untuk pilihan Sangat Sesuai (SS) pada aitem favorabel. Sementara untuk aitem unfavorabel berlaku sebaliknya, dimana angka satu (1) untuk pilihan SS dan angka lima (5) untuk pilihan STS.
- Reliabilitas
Uji reliabilitas untuk skala dilakukan dengan menggunakan komputasi koefisien alpha cronbach dengan pembelahan tiga bagian dikarenakan aitem berjumlah ganjil (27 buah). Selain komputasi koefisien alpha cronbach yang melalui program SPSS, dilakukan juga uji reliabilitas manual dengan menggunakan komputasi spearman-brown prophecy.
- Daya Diskriminasi
Daya diskriminasi aitem skala, diuji menggunakan formula korelasi aitem total (korelasi product-moment Pearson). Meski jumlah aitem cukup banyak atau lebih dari 30 aitem, uji daya diskriminasi tetap dikoreksi untuk mengurangi efek spurious overlap sehingga ditemukan korelasi aitem total yang telah dikoreksi (riX). Aitem yang memiliki nilai korelasi di bawah 0.3 kemudian dieliminasi.
PEMBAHASAN
Pembuatan skala ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen guna mengukur kompetensi seseorang dalam memimpin suatu organisasi maupun kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Selain skala kepemimpinan yang kami buat, kami juga menggunakan skala self-esteem untuk mendukung validitas skala.
Langkah pertama yang kami lakukan adalah mencari teori yang berkaitan dengan kepemimpinan transformasional untuk mendapatkan definisi teoritis serta defini operasional. Pada tahap ini, kepemimpinan tranformasional dijabarkan menjadi aspek-aspek, yaitu idealized influenced, inspirational motivational, intellectual stimulation, individualized consideration. Aspek-aspek ini menjadi acuan untuk menentukan indikator-indikator yang merujuk pada perilaku kepemimpinan tranformasional. Indikator sendiri diperoleh melalui wawancara yang dilakukan pada mahasiswa yang pernah atau sedang menjadi pemimpin dalam suatu organisasi maupun kegiatan. Berdasarkan wanwacara terhadap 6 orang mahasiswa, aspek-aspek tersebut berhasil dijabarkan menjadi 9 indikator dengan 81 aitem untuk mengantisipasi aitem-aitem dengan koefisien validitas isi dan daya diskriminasi yang rendah. Selanjutnya aitem-aitem ini direview oleh 5 orang professional judge yang berasal dari mahasiswa magister profesi/sains Fakultas Psikologi UGM. Tahap ini merupakan langkah awal dalam menentukan validitas isi. Setelah itu, validitas isi diukur menggunakan koefisien validitas Aiken dan CVR. Hasil komputasi validitas CVR menunjukkan banyak aitem yang gugur yaitu sebanyak 36 aitem dan hanya menyisakan 18 aitem. Hal ini disebabkan karena banyak aitem yang kurang esensial dan tidak mencerminkan indikator yang ada. Sementara itu hasil komputasi koefisien validitas aiken menunjukkan bahwa setiap aitem memiliki koefisien diatas 0.3, dengan koefisien tertinggi sebesar 0.85 dan terendah sebesar 0.4. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada aitem yang gugur berdasarkan komputasi koefisien validitas aiken. Sementara Oleh karena itu, kami menggunakan hasil komputasi validitas aiken daripada CVR karena hasil komputasi validitas aiken lebih memenuhi kriteria yang diinginkan.
Jumlah aitem yang kami targetkan pada skala adalah sejumlah 27 aitem. Namun untuk mengantisipasi banyaknya aitem yang gugur diperlukan sedikitnya dua kali lipat jumlah aitem. Oleh karena itu dari sejumlah 81 aitem yang lolos kami mereduksi aitem menjadi 54 aitem dengan cara mengambil 6 dari 9 aitem dari setiap indikator (9 indikator). Selanjutnya 54 aitem ini kami uji cobakan kepada 71 mahasiswa dengan kriteria pernah atau sedang menjadi pemimpin dalam suatu organisasi atau kegiatan.
Hasil uji coba kemudian diukur daya diskriminasi aitemnya atau rix dengan mencari koefisien alpha menggunakan SPSS. Tujuannya adalah untuk membedakan mana aitem yang mampu mengukur kepemimpinan dengan baik dan mana yang tidak. Aitem dengan koefisien alpha yang tinggi menunjukkan bahwa aitem tersebut berfungsi dengan baik. Hasil perhitungan menunjukkan sebanyak 6 aitem memiliki koefisien dibawah 0.3, sehingga aitem tersebut dinyatakan gugur. Aitem-aitem tersebut adalah a8, a9, a16, a46, a49, dan a50. Koefisien alpha tertinggi yang dicapai oleh aitem adalah sebesar 0.638.
Langkah selanjutnya yang dilakukan untuk mendapatkan aitem yang relevan adalah dengan menggunakan validitas eksternal aitem atau riy, yaitu mengkorelasikan skala kepemimpinan transformasional dengan skala self esteem milik Rosenberg (1965) dalam Azwar (2014) yang telah diadaptasi Azwar (1979, dalam Azwar 2014). Korelasi aitem yang dianggap relevan adalah yang memiliki nilai riy lebih dari 0.3. Hasil korelasi yang telah dihitung menggunakan SPSS menunjukkan koefisien korelasi aitem total terendah adalah 0.056 dan tertinggi 0.527. Terdapat sejumlah 21 aitem yang nilai koefisien korelasinya kurang dari 0.3. Aitem-aitem tersebut adalah a4, a5, a6, a7, a10, a11, a12, a21, a22, a24, a28, a33, a35, a37, a39, a40, a41, a42, a43, a44, dan a 47. Asumsi penyebabnya berdasarkan hasil korelasi aitem adalah aitem-aitem kepemimpinan transformasional tersebut tidak memiliki hubungan yang kuat dengan harga diri.
Sejumlah 21 aitem merupakan jumlah yang cukup banyak untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan self esteem. Berdasarkan jurnal berjudul A Study of Women and the Relationships among Self Esteem, Self Efficacy, Androgyny, and Transformational Leadership Behavior menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara self esteem dengan kepemimpinan transformasional, dan secara tidak langsung self esteem merupakan prediktor terhadap gaya kepemimpinan (Younger, 2002). Setelah dibaca kembali ternyata terdapat perbedaan antara hasil jurnal tersebut dengan hasil analisis skala kami. Perbedaan ini bisa jadi disebabkan karena perbedaan subjek pada jurnal dengan subjek pada skala. Subjek jurnal merupakan orang-orang yang telah bekerja di sebuah instansi dan perusahaan sedangkan subjek kami ialah mahasiswa yang belum bekerja. Selain itu bisa juga disebabkan karena kesalahan-kesalahan dalam penulisan aitem.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, hasil akhir menunjukkan sejumlah 27 aitem yang tersisa atau sesuai dengan aitem yang ditargetkan di awal. Namun setelah melihat kembali blueprint, kami mendapatkan bahwa 27 aitem tersebut tidak tersebar secara merata di setiap indikator karena terdapat dua indikator yang keseluruhan aitemnya gugur setalah dihitung menggunakan rix maupun riy. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh hal-hal seperti:
- Kurang sesuainya aitem dengan indikator
- Bahasa yang digunakan dalam penulisan aitem kurang operasional dan terkesan ambigu
- Adanya kesalahan dalam memasukkan aitem ke dalam indikator (human error)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Skala kami memiliki total aitem sesuai dengan target yang kami inginkan yaitu 27 buah aitem. Namun terdapat dua indikator yang tidak terwakili oleh aitem akhir. Skala akhir tersebut memiliki kriteria;
- Reliabilitas yang baik ditunjukkan dengan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0.942.
- Validitas yang baik ditunjukkan dengan nilai koefisien validitas isi (Aiken) tertinggi sebesar 0.85 dan koefisien validitas eksternal tertinggi sebesar 0.638.
Saran
Saran yang kami ajukan adalah agar dalam penyusunan aitem lebih memerhatikan ketelitian terutama dalam mencocokkan aspek dan indikator dengan aitem. Selain itu agar lebih memerhatikan proses operasionalisasi konstruk teoretik sehingga gugurnya aitem akibat kurang atau sedikitnya tingkat kekonretan aitem dapat dihindari.
Abil, Elya, Ardyta, Aliya, Della 🙂