JADZAB

KONSEP PERTUNJUKAN

Latar Belakang

Secara tidak langsung, rangkaian cerita dalam pertunjukan ini adalah mengajak kembali memahami hakikat dan nilai-nilai ketuhanan. Sehingga memang sepertinya terpaksa harus disadari bahwa segala sesuatu harus dimulai dan berakhir pada diri sendiri, semacam melepaskan perbudakan kehidupan dengan pengasingan diri dari kehidupan, dari segala wujud; seakan ada sebuah kehidupan baru di balik kematian yang lain dan harus membentuk dunia dalam kehendak takdir sendiri. Seperti tercermin dari wujud yang melenyapkan kesadaran dan makna semesta.

Tema

Tema pertunjukan ini adalah “eksistensialisme” atau sebuah proses pencarian jati diri, terhadap nilai-nilai ketuhanan dengan otoritas takdirnya.

Judul

Karya Seni Pertunjukan ini berjudul “JADZAB” karya Saiful Anam Assyaibani.

Konsep Pementasan

Pementasan ini mencoba menhadirkan Gaya Post-Realistic “Simbolisme sekaligus Teatrikalisme”, sebuah gaya yang menggunakan simbol-simbol untuk mengungkapkan makna lakon atau ekspresi dan emosi tertentu.

Memakai konsep pertunjukan simbolisme karena kami tidak terlalu mempercayai kelima panca indera dan pemikiran rasional untuk memahami kenyataan. Karena intuisi dipercayai untuk memahami kenyataan karena kenyataan tak dapat dipahami secara logis, maka kebenaran itu juga tidak mungkin diungkapkan secara logis pula. Kenyataan yang hanya dapat dipahami melalui intuisi itu harus diungkapkan dalam bentuk simbol-simbol.

Untuk keperluan tersebut gaya ini mencoba men-sintesiskan beberapa cabang seni dalam pertunjukan seperti seni rupa, musik, tata lampu, seni tari, dan unsur seni visual lain. Mencoba menarik perhatian penonton secara langsung dan menyadarkan mereka bahwa yang mereka tonton adalah pertunjukan teater dan bukan penggal cerita kehidupan seperti dalam gaya realisme. Konsep ini sengaja menghapus “dinding keempat”, dan menggunakan properti konkret tanpa harus mengubah tata panggung.

Alur/Plot

Pertunjuan ini menggunkan Simple plot atau plot lakon “linear” yang sederhana; adalah lakon yang memiliki satu alur cerita dan satu konflik yang bergerak dari awal sampai akhir. Plot linear ini akan membawa alur cerita mulai dari awal sampai akhir cerita bergerak lurus.  

Penokohan

  1. Tokoh Kita, (Protagonis) adalah peran utama yang merupakan pusat atau sentral dari cerita. Keberadaan penokohan ini adalah untuk memunculkan wacana eksistensialisme. Peran ini juga menentukan jalannya cerita.
  2. Orang-Orang, (Deutragonis), adalah tokoh lain yang berada di pihak tokoh protagonis. Peran ini ikut mendukung menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh protaganis. Karakteristik dari peran orang-orang adalah merupakan sisi lain dari Tokoh Kita.
  3. Perempuan, (Utility) adalah sebagai tokoh pelengkap untuk mendukung rangkaian cerita dan kesinambungan dramatik. Sekaligus peran yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik yang terjadi tetapi ia diperlukan guna menyelesaikan cerita.

Iringan Suara

Beberapa alat musik cakram padat (CD) yang dipadukan dengan alat musik akustik, nyanyian secara langsung (aktor) dan musik tubuh yang hadir secara langsung dalam pertunjukan.

Sinopsis

Kehidupan sesungguhnya adalah keterasingan. Tapi mimpi telah merangkai waktu dan menyeret setiap manusia masuk ke negeri tak berjejak, dari pikiran-pikiran yang jauh sekaligus menakutkan.
Namun bagaimanapun juga garis takdir harus tetap dijalani, meski kadang dengan kepura-puraan. Sebagaimana keberadaan sekujur jasad, ruh, kematian dan doa bukanlah milik manusia seutuhnya. Maka jalan satu-satunya adalah penyerahan dalam pencitraan dunia dalam diri sendiri.
Sebagaimana keimanan yang melampaui kesadaran akan dunia realitas dan kebenaran yang bersandar pada keyakinan.
Karena keberadaan itu adalah pencapaian di perjalanan waktu melampaui waktu.  Ada di jalannya sendiri, namai keadaan dengan penyerahan sesuatu yang memang seharusnya ada tapi tak terlihat, maka jejak-jejak itu akan mengantar sendirinya pada kabar mencapai kebenaran penempatan wajah tertinggi, menafikan semua yang berbentuk meniadakan ”aku” dalam wadah yang tetap ada; ada pada suatu dan satu waktu juga ada di atas setiap bentuk yang menyatu yang bertentangan.

****

PADA SEBUAH RUANG SUBLIM…

RUANG TIMUR DIPAGARI DENGAN KAIN PUTIH YANG BERFUNGSI UNTUK MENCIPTAKAN EFEK WARNA DALAM SILUET YANG DIMAINKAN ANGIN; SEBAGAI SIMBUL DARI WILAYAH EKSISTENSIALISME.

RUANG TENGAH ADALAH RUANG HIDMAD. SESEORANG BEWAJAH PUTIH PAKAIANNYA SEPERTI BIKSU, BERDIAM DALAM TARIAN MEDITASI. SEMENTARA PULUHAN LONCENG MENGGANTUNG GAMANG DI LANGIT-LANGIT RUANG DENGAN SOROT CAHAYA BERWARNA TEMBAGA.

MUSIK MEGALIR RITMIS.

LANTAS RUANG ITU HANYA DIDOMINASI SOROT WARNA MERAH BAGIAN ATAS, BIRU PADA BAGIAN BAWAH DAN NETRAL PADA BAGIAN TENGAH, SEMACAM RITUS MAGIS BLUE OCEAN DALAM WAKTU YANG TAK BERBATAS.

   1TOKOH KITA

Aku khawatir terhadap suatu masa yang rodanya dapat menggilas keimanan. Keyakinan hanya tinggal pemikiran yang tak berbekas dalam perbuatan. Banyak orang baik tapi tak berakal, dan berakal tapi tak beriman. Ada lidah fasih tapi berhati lalai, dan yang khusuk sibuk dalam kesendirian. Ada yang tersenyum tapi hatinya mengumpat, ada yang berhati tulus tapi wajahnya penuh luka, ada pemimpin yang lalim, ada pula pezina hadir sebagai tokoh. Ada orang yang berilmu tapi tak mengerti, ada yang mengerti tapi tak menjalankan. Lalu di antara semua itu dimana kita berada?

ORANG-ORANG BERWARNA PUTIH TIBA-TIBA MUNCUL DARI ARAH BERLAWANAN DAN MEMBANGUN SEBENTUK INSTALASI BENDERA MERAH DAN KUNING YANG DIBENTANGKAN MENUTUPI SEBAGIAN WAJAHNYA, MELENGKAPI PEREMPUAN-PEREMPUAN YANG TELAH LEBIH DULU BERJEJAR DI ANTARA TOKOH KITA. KEMUDIAN MUSIK TUBUH MENGHENTAK-HENTAK TAK TERTUNDUKKAN. MEREKA MENARI, MENYANYI, DAN BERLARI TAK BERATURAN DARI SATU RUANG KE RUANG WAKTU MEMBENTUK INSTALASI YANG HIDUP.

  1. ORANG ORANG

Tentang kehidupan terasing ini aku menangkap manusia manusia tak lain adalah kesiaan beitupun aku…

  1. ORANG 1

Aku terlalu larut dalam tidur panjangku; mungkin saja mimpi telah merangkai waktu dan menyeretku masuk ke negeri tak berjejak, dari pikiran-pikiran yang jauh sekaligus menakutkan.

  1. ORANG 2

Aku melihat diriku sendiri melesat beterbangan seperti dihempas takdir, laut bergolak hebat, manusia-manusia tanpa kelamin berguling-guling mengitariku dengan suara ngeri yang menggetarkan sekujur sukmah.    

  1. ORANG 4

Namun bagaimanapun juga inilah garis takdir terbaik dari sebagian perjalanan kehidupan yang harus aku jalani. Sungguhpun aku harus mengenakan topeng di hadapan tuhan yang tidak lebih baik dari wajahku sendiri.

  1. ORANG 5

Ya, inilah jalan kehidupanku, aku harus menjalani suatu takdir yang paling menjijikkan. Sekujur jasadku bukanlah jasadku, ruhku kematianku doaku kelaminku bukanlah milikku, tapi aku harus berada dalam duniaku yang hendak aku ciptakan sendiri.

  1. ORANG 6

Sungguh pasrah terhadap takdir adalah mengasingkan diri di hadapan tuhan yang terkutuk.

  1. ORANG ORANAG

Tentang kehidupan terasing ini aku menangkap manusia manusia tak lain adalah kesiaan beitupun aku…

  1. TOKOH KITA    

Demikianlah sebagian dari penggalan takdirku yang tak pernah selesai dan menjadi esensi awal hadirnya aku, tapi bagaimana kalian bisa menerima takdir begitu saja, padahal aku telah mempertaruhkan seluruh eksistensi dan hidupku. Aku telah bekerja keras untuk semua ini. Bahkan aku telah menelantarkan tuhan bagi diriku sendiri!

  1. ORANG ORANG

Semua memang terlanjur berbenturan, atau memang sengaja dibentur-benturkan dalam kehidupan ini. Sebagaimana keimanan yang melampaui kesadaran akan dunia realitas, dan kebenaran yang bersandar pada keyakinan.

  1. ORANG ORANG

Tentang kehidupan terasing ini aku menangkap manusia manusia tak lain adalah kesiaan beitupun aku…

MUSIK MENGALUN SENDA, PEREMPUAN-PEREMPUAN MENARIKAN CINTA, SEPERTI MENGABARKAN SESUATU TENTANG SEBUAH WUJUD.

  1. TOKOH KITA

apa yang kau pikir tentang aku selama ini adalah kesalahan terbesar yang pernah dilakukan oleh takdir; keberadaan itu pencapaian di perjalanan waktu melampaui waktu.

aku memang ada di jalanku sendiri, namai keadaan dengan penyerahan sesuatu yang memang seharusnya ada tapi tak terlihat, maka siapa menemui duniaku disana tidak bersembunyi dari jejakku, maka jejakjejak itu akan mengantarnya sendiri pada kabar mencapai kebenaran penempatan wajah tertinggi; demi waktu aku milikmu.

adakah takdir kan disekat pembatas yang nyata sedang tuhan adalah bahasa akhir melepaskan segala kehidupan. adalah yang menandai batas yang kau pikirkan: maka siapa sebenarnya sanggup melewatinya dengan pandangan kebenaran?.

RUANG BARAT SEAKAN BERSALJU DAN BERKABUT TIPIS. GELAP DAN KELAM.

  1. TOKOH KITA    

Demi tuhan, aku akan melepaskan perbudakan kehidupanku selama ini dengan pengasingan diri dari kehidupan, dari segala wujud; sebuah kehidupan baru di balik kematianku yang lain. Meski orang seperti aku tidak pantas kehilangan roh untuk menempuh negeri para nabi, tapi aku harus membentuk dunia dalam kehendak takdirku sendiri. Segala memang harus dilenyapkan, lagi pula bukankah kita sebenarnya sedang hidup dalam tumpukan keterasingan.

HANYA ADA SATU LAMPU BERWARNA NETRAL YANG MENYALA MENYOROT MENEGASKAN LINGKARAN API YANG MEMAGARI JEJAK LANGKAH TOKOH KITA DALAM SETIAP GERAK MENGITARI DIRI SENDIRI DENGAN LANGKAH TAK BERARAH.

  1. TOKOH KITA

sekali lagi aku bersaksi atas wujudku sendiri; menafikan semua yang berbentuk meniadakan aku dalam wadah yang tetap ada; ada pada suatu dan satu waktu. aku juga berada di atas setiap bentuk yang menyatu yang bertentangan.

“lihatlah kedip api di tanganku ini aku telah merubahnya menjadi matahari!” maka semua musti terbuka kerana tak ada ruang yang mampu mewadahi cahaya tak terhingga ini untuk menempuh perjalanan kepada tujuan-pencarian.

“aku datang tuhan, tanpa jalan tanpa arah. selain dari wujud menuju wujud ke dalam kesatuan penyaksianku” sampaisampai seluruh cahaya berebut menyatukan hasrat diri ke suatu pusatku.

perjalanan ini aku mulai dengan penarikan diri dari dunia kebendaan, mengosongkan kekuatan rasa di jiwa kepada segala sesuatuku, dan aku melihat semua sebagaimana hakikat sendirinya: seperti tercermin dari wujud yang melenyapkan kesadaran dan makna semesta. aku pusat alam raya dan roh dari yang mutlak, dunia yang mewujud melupakanmu.

ORANG-ORANG BERWARNA PUTIH BERJEJAR SEPERTI DERAP WAKTU, DI TANGANNYA PADA SEBUAH WADAH YANG LEBIH MIRIP DENGAN TEMPAYAN YANG AIRNYA PUTIH, SEPUTIH TERIGU.

KEMUDIAN MEREKA BERSAMA-SAMA MEMBASUH SEKUJUR TUBUHNAYA PADA SEBUAH RUANG YANG AIRNYA PUTIH MENGENTAL BERSAMA TOKOH KITA DENGAN GUMAM SUARA ANEH YANG MENGGETARKAN. MEREKA MENYANYI  DALAM JIWA YANG SUNYI.

  1. TOKOH KITA

Mungkin hanya metamorfosisme sebentuk waktu; kelak mengekalkan segalanya. Ini hanyalah kesementaraan.

PADA SEBUAH RUANG WAKTU YANG TIBA-TIBA ASING DAN SUNYI.

About Abdul Jalil

Diamku الله Gerakku مُحَمَّد. Wong Lamongan, S1 di Psikologi UGM. I'm free man & traveler. Kontak: 085733188530
This entry was posted in Cerita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published.