Bismillah, Goes to Palangkaraya

Selamat pagi Surabaya, nasi pecel dan wed’ank bajigur sebagai sarapan di hari minggu ini. Sarapan kali ini bersama mas mahrusin mahasiswa UIN Sunan Ampel yang menjemputku tadi pagi di terminal bungurasih, setelah sarapan dan bernostalgia aku mempersiapkan tiket dan berkas-berkas yang harus kubawa ke kalimantan tengah tepatnya di palangkaraya. Sengaja aku tidak menghubungi semua teman-temanku yang disurabaya karena tujuan utamaku adalah menuju ke bandara untuk melanjutkan penerbangan namun karena mas mahrusin jam sembilan harus bekerja, akhirnya aku minta diantarkan ke kampus UNESA sembari ingin mengenali berbagai kampus di Indonesia, tiba disana aku menghubungi beberapa temanku yang kuliah di UNESA ketintang diantaranya ada Hima dan Asa mereka adalah teman Bidikmisi waktu itu kita dipertemukan dalam acara perkumpulan Mahasiswa Bidikmisi yang diselenggarakan di Bogor, mereka datang dengan segera kamipun bernostalgila di depan danau yang cukup indah, tak lupa kamera yang selalu dibawa disetiap acara, selfie kami lakukan diberbagai tempat hingga mengitari kampus UNESA bercanda tawa dan bergantian untuk cerita tidak ku sengaja sempat terceplos olehku “Tahun kemarin kita bertemu di Bogor, Tahun ini kita bertemu di Surabaya, dan Tahun depan kita akan dipertemukan di Eropa”. Amiiin. Setelah mengitari kampus banyak pelajaran yang kudapatkan negatif dan positif saling melengkapi, kampus ini kebanyakan para pendatang dari luar yang bermain dan memanfaatkan fasilitas kampus ini, mungkin karena hari minggu yaitu hari libur mahasiswa untuk berangkat kuliah.

Menjelang tiba waktu dluhur kami bertiga harus berpisah dan rumah asa sebagai tempat peristirahatanku, sebelum sampai dirumahnya kami sholat di masjid dekat dengan rumahnya namun begitu tiba dirumah asa aku baru menyadari ternyata hapeku tidak ada, ada dua kemungkinan antara jatuh di jalan atau hilang diambil orang ketika aku tinggal wudhu di masjid tersebut, ah nggak mau su’udhon aku. Siang ini rujak dan air putih sebagai pengisi perutku, hujan tiada henti hingga jam empat aku harus menuju ke bandara dengan rintikan air hujan kita melaju cepat tanpa mantel menikmati dan mensyukuri disegala situasi. Basah tidak menjadi masalah setelah chek-in aku masih bisa menyempatkan untuk berfoto bersama pak satpam yang memakai peci, dan ternyata orangtua beliau berasal dari Lamongan juga, masih dalam sedikit keterasingan karena baru pertama kali ini hendak menaiki pesawat. Allahu Akbar, takbir sholat dluhur kulakukan dengan menjadikan seorang imam yang sedang sholat sendiri-sendiri, ashar dan mahrib kebanyakan orang sholat dengan kesendirian padahal banyak orang yang bisa diajak untuk sholat berjamaah *Dunia semakin tua, hehe. Bumi ini terlalu kecil kalau kita menganggap kecil, obrolan senja bersama orang jember yang hendak kembali kerja di palangkaraya.

Alhamdulillah akhirnya bisa duduk manis di dalam pesawat lion air setelah sekian lama menunggu, 18D tempat kursi yang aku duduki disusul seorang ibu-ibu yang begitu duduk dan mengeluh sedang mual dan pusing obrolan santai aku mulai dengan berbagai cerita akhirnya kita saling mengenali namanya Ibu Sri berasal dari solo berkeluarga di palangkaraya sejak tahun 1995. Penerbangan yang menyenangkan aku bisa melihat kota Surabaya dari atas banyak kerlap-kelip lampu yang menyinari, di pesawat sama halnya seperti di mobil ada gronjalannya juga, hehe subhanaAllah bisa melihat kerip kilap dengan cetar di atas awan, kali ini aku sengaja untuk tidak tidur karena pertamanya menaiki pesawat pramugari mengingatkan penumpang dengan mempragakannya namun ia lupa tidak mengingatkan untuk berdoa kepada yang Maha Kuasa, menariknya ketika di toilet ada yang merokok itu bisa terdeteksi alias ketahuan. Pesawat tersebut menjadi kesaksian cerita tentang palangkaraya orang yang ramah, jujur dalam menarik penumpang, lahan tanah kosong yang masih banyak, kendaraan tidak macet, cerita bersama itu kita akhiri saat landing di bandara yang disambut payung untuk menepis gerimis manis.

Selamat malam Palangkaraya, menikmati indahnya kotamu dengan hujan-hujan bersama bu Sri, menuju rumah beliau banyak cerita dan obrolan menarik saat diperjalanan gelap tanpa penerangan bintang setelah melewati bandara masih banyak rumah-rumah di desa itu yang memakai kayu, banyak rumah kecil sedangkan lahan alam masih luas, perjalanan yang terasa nikmat karena tidak terlalu ramai sehingga macet itu tidak terjadi, hujan masih membasahi kami bu Sri sengaja melewatkan jalan yang ada tempat-tempat istimewa yang bisa ditunjukkan kepadaku pasar kota, bundaran pusat, padepokan gubernur, hotel terbesar, hingga jembatan kahayan (jembatan kebanggaan) dll. Dalam mengendarai motor tersebut tiada kata berhenti untuk berucap kata ketika melihat seorang mengambili sambah kata bu sri ia adalah orang yang kaya, disini memang banyak orang kaya yang mengambili sampah memunguti sisa-sisa makanan dan nasi untuk memberi makan babinya, perjalanan kami lanjutkan dengan berbagai cerita hingga tiba dirumah beliau, mamaaaa’ dengan begitu senang anak-anak beliau menyambut kami. Mandi, sholat, makan-makan, bermain bersama anak-anak beliau, berkali-kali bu Sri mengatakan anggap saja ini rumah sendiri, keluarga sendiri, mau bikin apapun tinggal bikin saja, oh iya begitu tiba tadi tak lupa aku menhubungi Orangtuaku dan teman-temanku lewat hapenya bu sri. Trimakasih, Allah maha mengerti 01:00 WIB, Palangkaraya Senin, 19 januari 2015

3 thoughts on “Bismillah, Goes to Palangkaraya

Leave a Reply

Your email address will not be published.