WAFATNYA UBADAH BIN SAMIT RA

“Barangsiapa yang shalat dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa  yang shalat dhuha empat rakaat, maka dia ditulis sebagai ahli ibadah. Dan barangsiapa yang shalat dhuha enam rakaat, maka hari itu dia tidak akan tersentuh dosa.” (Al-hadits Kanzul Ummal)

Ketika salah seorang sahabat dari kaum anshar yang bernama Ubadah bin Samit akan meninggal dunia, beliau meminta agar dikeluarkan dari tempat peristirahatannya menuju ruang terbuka yang berada di tengah rumahnya. Setelah itu beliau meminta agar para pelayan, budak, tetangga dan para sahabatnya untuk berkumpul.

Setelah semuanya berkumpul, maka berkatalah Ubadah bin Samit,

“Sesungguhnya aku merasakan bahwa hari ini adalah hari terakhir yang akan aku lalui di dunia dan sebagai malam pertamaku  dari malam-malam akhirat. Aku tidak tahu, mungkin saja aku telah membuat kalian sedih dengan tangan dan lidahku ini. Demi Allah pada yaumul qiyamah (hari kiamat) nanti akan dipertanggungjawabkan setiap qishasnya (balasannya). Sekarang sebelum ruh ini keluar dari jasad, aku mohon dengan sangat agar kalian mengambil hak kalian dari diriku apabila ada dari kalian yang belum tertuntaskan hak-haknya.”

Setelah mendengar hal ini, semua yang hadir disana berkata,

“Bagi kami engkau adalah seorang ayah, pembimbing serta guru.” Setelah itu salah satu dari merekapun berkata, “Engkau tidak pernah sekalipun berkata kasar kepada pelayanmu.”

Atas hal ini pun beliau berkata, “kalau begitu apakah kalian telah menghalalkan hak-hak kalian padaku?” Mereka serentak berkata, “ya.”

“Ya Allah jadilah saksi untukku.” lanjutnya.

About Abdul Jalil

Diamku الله Gerakku مُحَمَّد. Wong Lamongan, S1 di Psikologi UGM. I'm free man & traveler. Kontak: 085733188530
This entry was posted in Ngaji. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published.