Perjalanan Pulang Kampung

Tiba di stasiun dengan terburu-buru, Panggilan! Untuk penumpang kereta Sri Tanjung jurusan Surabaya Gubeng segera menuju ke kereta, dengan bergegas ku beralan ternyata di gerbang ada pak satpam yang menghentikanku untuk meminta karcis, beliau meminta KTPku dengan tegas, aku pun sedikit gelisah aku menyiman dompetku   di bagian paling dalam, tanpa bicara ku membongkar penataanku tadi malam yang begitu rapi. Aku bersemangat sekali menuju kereta dengan barang-barangku yang serba baru, berjalan dengan penuh percaya diri bersama topi psikologiku.

Ting tong ting…! Thuuuut

Aku masi mencari tempat dudukku K3-1/7E dengan bertanya ke Ibu-ibu aku langsung menemukanya, tapi kursi itu masi kosong belum ada orang dengan santai aku duduk, ada seorang bapak yang jualan Bakpau, Huuu entah kenapa tiba-tiba perutku tersa lapar, mungkin karena memang belum sarapan hehehe, tetapi aku mencoba untuk menahan rasa itu.

Gejlek gejlek, gejlek gejlek…. Keretapun mulai melaju dengan suara yang membisingkan, aku merasa senang bisa menaiki kereta, dari pada naik bus belum satu menit kepala sudah terasa pusing tuju keliling. Tepat pukul 07.45 bapak itu kembali lagi dengan membawa ranjangnya dan penuh semangat menawarkan bakpia lagi, lisanku dengan cepat berkata untuk membelinya, meski cuma beli satu tapi terasa sangat nikmat, ketika aku mengunyah sambil melihat disekelilingku banyak pemandangan yang indah. Emm, rasanya enak banget bangun tidur sambil mengerak-gerakkan tubuhku, Uh…. ternyata disampingku ada kakek-kakek yang umurnya sudah 72 tahun, tapi beliau masih segar bugar dan begitu semangat sekali, nak kamu asli mana? Beliau bertanya kepadaku, Kulo asli Lamongan pak, njenengan pundi? Tenyata Kakek itu aslinya solo, karena semangatnya begitu besar kakek tersebut aku panggil pak. He he he

Tak terasa empat jam telah ngobrol bercerita panjang lebar dari jam sembilan sampai jam setenga dua, dengan topi beliau yang terdapat tulisan Scurity tidak salah lagi kalau beliau sudah pernah merasakan manis, pahit, asam, tawar, dan asinya dalam kehidupan. Kemuadian aku sempat bertanya bagaimana bisa dengan umur yang sudah tua begitu tapi masih sehat segar bugar, jawabnya beliau sering-sering makan buah-buahan, olahraga, dan jamu jawa seperti beras kencur dll. Secara tidak sengaja aku terlihat jam setenga dua lebih, aku sangat gelisah apakah aku suda melewati jurusan stasiun yang kutuju yaitu stasiun Gubeng Surabaya, karena yang ada di jadwalnya jam setenga dua sudah sampai. Gerak reflek langsung aku menolehkan wajahku ke kakek tersebut dan bertanya, pak? Apakah stasiun Surabaya sudah terlewati? ‘’tanganku sambil memegang pundak beliau. Jawab: Hahaha, beliau tertawa sambil tersenyum dan bilangan ke aku, ‘dek, masih lama sekitar jam tiga, hah? (kaget) sambil terbengong, tapi jadwalnya kok jam setenga dua? Itu suda biasa dek kalo naik kereta apalagi yang ekonomi, hehehe sabar yaa dek.

Tepat jam tiga seperempat aku turun di stasiun gubeng, kemudian berjalan cepat menuju ke satpam untuk bertanya angkutan yang menuju ke stasiun pasar turi, karena di jadwalnya jam setengah empat kereta KRD akan segera diberangkatkan. Satpam menyuruku naik taxi atau ojek, dan aku tidak mau karena terlalu mahal aku terus berjalan meskipun tidak tau arah sama sekali, banyak sekali tukang ojek yang ngerayu, akhirnya aku nekad menyebrangi jalan dan menghentikan beberapa mobil angkutan, tapi mala dimarahin katanya mau ke stasiun kok nyegat disini, pindah sana. Uhh dengan lari aku menyebrangi jalan raya, lima kali menghentikan angkutan dan tak berhasil. Bertanya pada orang dipinggir jalan juga tidak tau, mau bertanya pada orang yang lagi pacaran, tapi sepertinya lagi berantem.

Terus kuberjalan sambil menundukkan kepala dan membaca shalawat di hati dengan hembusan nafas yang penuh keresahan batu-batuan kecil sebagai saksi yang kujadikan pelampiasan, di pertigaan sebelum jembatan aku bertemu dengan orang yang sepertinya tak asing lagi entah itu siapa aku tidak mengenalinya, tapi sepertinya perna tau, aku bertanya pada beliau untuk menuju ke stasiun pasar turi lewat mana, beliau bertanya padaku kamu orang mana? Mau kemana? Aku jawab Lamongan Pak. Alhamdulillah aku langsung di anterin beliau untuk cari mobil angkutan yang menuju ke stasiun, dan akhinya dapat juga dengan semangat aku menaiki angkutan tersebut, sampai di perempatan lampu merah aku bilang ke pak supir, pak jangan lupa stasiun pasar turi yaa, kata pak supir lho kalu ke stasiun pasar turi mending naik mobil angkutan yang warna orange seketika aku di turunkan di tepi jalan dengan santai aku ambilkan uang seribu ternyata bapaknya menolak, tapi minta dua ribu padahal perjalanannya pun nggak jauh juga. Berjalan tegap dan cepat aku mencari angkutan yang berwarna orange jurusan pasar turi, aku menyebrang jalan tanpa lihat kanan kiri, tepat waktu jam 15.45 perjalananku terhadang oleh hujan yang sangat lebat sekali sampai-sampai semua kendaraanpun behenti begitu saja entah hujan ini seperti grojokan.

Jam 16:15 (empet seperempet) hujan masih sangat deras akhirnya perjalananpun terpaksa dilanjutkan para penumpang juga sudah tidak sabar ingin pulang, tiba di stasiun hujan belum berhenti aku berteduh di pos satpam sedangkan aku harus mengejar kereta jurusan Lamongan, seorang anak kecil menghampiriku dengan menawarkan payung, saat ku melihat saku uang yang tersisa tinggal 4.000 aku menerima tawaran tersebut setelah itu kuberikan yang 2.000 dan ku ucapknan terimakasih padanya, berlari menuju loket dan kutodongkan uang yang tersisa 2.000 tadi sambil berkata ‘’ayo mb kereta KRD jurusan Lamongan secepatnya aku menarik tiket dan kuucapkan terimakasih padanya, bernostalgia di dalam kereta dengan segarnya hujan yang dibarengi semilir angin membuatku merasa ngantuk, tapi aku tak bisa tidur dengan pulas karena kereta sering kali berhenti namun tak terasa sudah sampai di stasiun sukodadi aku menghubungi temanku yang bernama lutfi untuk segera mejemputku perjalanan yang begitu cepat sampai dirumahnya aku langsung shalat mahrib dan mengkodho dzuhur dan ashar setelah itu makan bersama dengan keluarganya bercanda tawa teringat waktu masih di Matholiul Anwar dulu sering bermain kerumahnya dengan favorit kacang hijau dan berfoto-foto di daerah ladang sawah meski cuma dengan hp cross tapi itu sangat menyenangkan dan mengesankan bagi kita. Jogja-Lamongan 2013

About Abdul Jalil

Diamku الله Gerakku مُحَمَّد. Wong Lamongan, S1 di Psikologi UGM. I'm free man & traveler all id: abilngaji
This entry was posted in Cerita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published.