Pagi menetes perlahan dari langit abu-abu,
rintik hujan menyapa genting seperti salam rindu.
Aroma kopi menggoda udara,
menghangatkan hati untuk terus bersyukur pada semesta.
Roti sederhana ini,
secangkir kopi memantabkan,
aku kunyah hari dengan tenang,
meski awan bergumul dalam sunyi.
Sabtu tak libur bagiku,
pengabdian tetap menunggu di balik jeda waktu.
Namun tak apa, bukankah hujan pun gigih turun
meski tak selalu disambut pelangi di ujung?
Langkahku tak gentar, walau tanah basah
dan langit seperti menunduk letih.
Aku tetap berjalan, sebab mimpi tak pernah istirahat
meski akhir pekan bertandang sunyi.
Jadi pagi ini,
biarlah hujan jadi puisi
kopi dan roti jadi saksi
bahwa semangatku tak pernah cuti