MENGUCAP SALAM SUNNAH, MENJAWABNYA WAJIB

Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya salammu yang disertai dengan senyuman kepada orang lain adalah sedekah.” (H.R. Baihaqi, Syu’abul Iman)

Salam seorang muslim pada muslim lainnya adalah doa dan harapan agar Allah Swt. memberikan keselamatan baginya.

Mengucapkan salam adalah sunnah kifayah, sedangkan menjawabnya fardu kifayah. Maksudnya adalah ucapan dan jawaban salam seseorang dalam sebuah kelompok sudah cukup.

Ketika memberi ataupun menjawab salam, suara harus dapat didengar oleh orang yang menerima salam tersebut. Hal ini hukumnya sunnah. Seorang muslim yang menjawab salam harus mengeraskan jawaban salamnya hingga terdengar oleh orang yang memberi salam. Karena jika tidak, ia tidak dapat disebut telah menjawab salam. Begitu pula, ketika hendak memberi salam harus dengan suara keras sehingga dapat didengar oleh orang di sekitarnya.

Rasulullah Saw. bersabda:

  • “Ketika kalian mengucapkan salam, maka ucapkanlah dengan suara yang dapat terdengar dan ketika menjawab salam pun jawablah salam itu dengan suara yang dapat terdengar pula.”
  • “Assalaam” merupakan salah satu nama dari nama-nama Agung Allah Swt. Dengan kemurahan-Nya menurunkan sifat Assalaam ke dunia ini agar orang-orang muslim mengamalkannya. Oleh karena itu, sebarkanlah salam diantara kalian.

“Ketika seseorang mengucapkan salam pada sebuah kelompok dan mereka pun menjawabnya, maka orang yang memberi salam itu lebih utama derajatnya dibandingkan yang menjawab salam. Karena dia telah mengingatkan salam pada mereka. Akan tetapi apabila mereka tidak menjawab salamnya, maka malaikat yang berada di sebelah kananyalah yang akan menjawabnya.”

Abdullah bin Samit R.a menceritakan:

Saya berkata pada Abu Dzar Ra. “Suatu ketika saya bertemu dengan Abdurrrahman bin Ummul hakim dan saya pun mengucapkan salam, akan tetapi dia tidak menjawab salamku.”

Abu Dzar Ra. pun menjawab, “Wahai putra saudaraku, engkau tidak berdosa karena hal itu, sebab malaikat yang lebih mulia dari pada orang itu yang menjawab salammu.”

Posted in Ngaji | Leave a comment

PENGABDIAN BESAR ABU BAKAR SHIDDIQ RA 

Rasulullah Saw bersabda, ‘’Seandainya keimanan Abu Bakar (Ra) ditimbang dengan keimanan seluruh makhluk di alam semesta ini, niscaya keimanan Abu Bakar (Ra) akan lebih berat (timbangannya).’’ (HR. Baihaqi, Syu’abul Iman)

Seluruh kaum muslimin bersepakat untuk memberikan gelar ‘Ash-Shiddiq’ kepada Abu Bakar Ra. Hal ini disebabkan karena beliau lah yang pertama kali membenarkan Rasulullah Saw. dan tidak pernah menyimpang dari kebenaran. Beliau tidak pernah melakukan kesalahan apapun dan tidak pernah berhenti untuk selalu menjalankan perintah-perintah agama sepanjang hidupnya.

Abu Bakar Ra meninggalkan banyak kenangan yang tidak terlupakan selama hidupnya sebagai seorang muslim:

Ketika seluruh penduduk Mekkah mengingkari kebenaran kabar Isra’ Mi’raj Rasulullah Saw,  Abu Bakar Ra membenarkannya seorang diri. Beliau rela meninggalkan keluarga dan sanak saudaranya untuk berhijrah bersama Rasulullah Saw. Di dalam gua (ketika hijrah), beliau senantiasa bersama Rasulullah Saw menemani dan melindunginya dari setiap ancaman.

Saat perang Badar berkecamuk, juga pada Peristiwa Hudaibiyah ketika Rasulullah Saw memutuskan untuk menunda kedatangannya ke kota Makkah, beliau-lah yang ikut memberikan kata-kata motivasi penguat jiwa kepada sahabat-sahabat yang lain saat hati mereka tergoyahkan.

Abu Bakar Ra yang pertama menyadari tentang dekatnya ajal Rasulullah Saw. ketika Beliau Saw bersabda, “Allah telah memberikan pilihan kepada seorang hamba-Nya untuk memilih dunia atau akhirat.” Sehingga ia menangis, ketika Rasulullah Saw wafat, beliau berhasil menjaga kesedihannya dan memberikan ketenangan kepada kaum muslimin ketika mereka berada di dalam kebingungan dan kesedihan yang mendalam.

Ketika Abu Bakar Ra telah dibai’at untuk menjadi Khalifah pengganti Rasulullah Saw, beliau selalu berusaha untuk menyelesaikan urusan-urusan kaum muslimin. Di antaranya ialah beliau tetap bersikukuh untuk mengutus pasukan Usamah bin Zaid R.anhuma (yang sebelumnya telah diperintahkan oleh Rasulullah Saw. namun tertunda karena wafatnya Rasulullah Saw) ketika sahabat-sahabat yang lain menyarankan untuk membatalkannya.

Dalam hal memerangi orang-orang yang telah murtad, Allah Swt menunjukkan jalan kebenaran kepadanya, sehingga beliau dapat menuntun para sahabat untuk tetap berada di jalan-Nya. Bahkan beliau tidak segan untuk mengirimkan pasukan demi memerangi mereka yang telah berpaling dari ajaran Rasulullah Saw. Beliau juga mengirimkan pasukan untuk menaklukkan Syam.

Salah satu keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq Ra ialah keputusan beliau dalam menetapkan Umar bin Khattab Ra sebagai khalifah penggantinya. Dengan penunjukkan tersebut, Allah Swt menjadikan masa khilafah Umar bin Khattab Ra sebagai masa keemasan bagi umat Islam. Umar Ra berhasil meninggikan Dinul Islam sehingga janji Allah untuk menjadikan agama Islam sebagai agama yang paling agung menjadi kenyataan.

Begitu banyak kisah-kisah, keutamaan, serta pengabdian-pengabdian yang telah dilakukannya bagi dakwah Islam selain yang telah dijelaskan di atas. Semoga Allah Swt meridhainya. (Tarihu’l-Khulafaa, karangan Imam Suyuti)

Posted in Cerita | Leave a comment