MASUK ISLAMNYA ABDULLAH TARJUMAN

“Orang-orang yang telah Kami beri Al kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Sesungguhnya sebagian mereka benar-benar menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui(nya).”
(Q.S Al-Baqarah: 146 )

Abdullah Tarjuman pada tahun 823 H (1420-1421) menerangkan dalam kitab karangannya “Tuhfatul Arib” tentang bagaimana ia bisa masuk Islam, “Aku telah mempelajari hukum-hukum dan usul agama Kristen di sebuah gereja milik pendeta terkenal di kalangan orang-orang kristen di sebuah kota bernama Nabuniya dan pada waktu itu. Aku merupakan salah satu murid yang paling dekat dengannya.”

Suatu hari pendeta tersebut sakit dan tidak bisa keluar untuk mengajar. Pembahasan pelajaran pada hari itu mengacu tentang sebuah hukum yang Tuhan turunkan kepada Isa As. yang isinya “Akan datang seorang nabi setelahmu yang bernama Paraklit.” Pada bahasan ini kita telah melakukan banyak perdebatan, akan tetapi kita masih belum bisa menyelesaikan masalah. Akhirnya Aku memutuskan untuk pergi ke rumah pendeta untuk menanyakan hal-hal yang telah kita perdebatkan di pelajaran, termasuk aku juga menanyakan nama Paraklit. Pendeta pun berkata:

Apa yang kalian katakan semuanya salah, hanya para alim yang ilmunya sangat tinggilah yang bisa mengetahui nama mulia ini. Sedangkan ilmu kalian masih sangat sedikit.

Sambil memeluk kedua kaki pendeta Aku memohon kepadanya agar ia mau menjelaskan apa arti nama tersebut. Sambil menangis si Pendeta pun berkata:

“Anakku, demi Allah Aku mencintaimu karna pelayananmu, kecintaanmu, dan kesetiaanmu kepadaku. Ya betul, mengetahui nama yang mulia ini akan memberikan manfaat yang tak terhitung. Akan tetapi Aku takut kau tidak bisa menjaga rahasia ini dan membocorkannya, apabila kau membocorkannya, maka orang-orang akan membunuhmu seketika itu juga.”

Rasa penasaran dan keteganganku semakin bertambah; Aku bersumpah tidak akan membocorkan rahasia ini. Dan Pendeta itupun berkata:

Anakku, ketahuilah! “Paraklit” adalah salah satu dari nama-nama mulia Nabi orang-orang muslim Muhammad Saw. Nabi Daniel As telah memberikan kabar bahwa akan diberikan kepada Muhammad Saw kitab keempat (Al-quran), agamanya adalah agama yang hakiki/benar, pengikutnya adalah orang-orang suci seperti yang tertera dalam Injil. Orang islam akan mendapatkan najah dan akan selamat di dunia dan di akhirat.

Aku pun berkata, “Tuanku, Orang yang cerdas pasti akan memilih sesuatu yang paling bagus dan mulia, Kenapa engkau tidak menjadi orang Islam?”

Dan Pendeta berkata, “Anakku, Aku baru mengerti kemuliaan Islam dan kemuliaan Nabinya setelah Aku tua. Cinta kepada dunia adalah raja setiap dosa. Kau tahu sendiri kedudukan dan harta yang Aku miliki di kalangan orang-orang kristen. Seandainya mereka melihat sedikit saja rasa ketertarikan terhadap Islam pada diriku, mereka tidak akan membiarkanku hidup.

Dia memberi saran kepada-ku, agar Aku pergi ke negara Islam dan ia pun memberi hadiah ongkos perjalanan kepadaku berupa 50 emas. Aku pergi ke Tunisia dan Aku pun masuk Islam di depan Raja Tunisia Abul- Abbas Ahmad.

Posted in Cerita | Leave a comment

SHALAT TARAWIH DI ZAMAN PARA SAHABAT

Rasulullah Saw bersabda, “Bulan Ramadan adalah bulan di mana Allah Swt. mewajibkan puasa, sementara aku (Rasulullah Saw) mengajarkan shalat tarawih sebagai Sunnah. Dan barang siapa yang berpuasa dan mengerjakan shalat tarawih dengan mengharap pahala-Nya dan yakin dengan fadilah shalat tarawih tersebut, maka orang tersebut bersih dari dosa bagaikan baru dilahirkan dari ibunya”.  (H.R. Ibnu Majah)

Shalat Tarawih merupakan shalat yang dikerjakan pada malam hari di bulan Ramadan. Rasulullah Saw memberi nama lain untuk shalat tarawih ini, dengan sebutan Qiyaamu Ramadan.

Karena Rasulullah Saw beristirahat setiap selesai mengerjakan empat rakaat, maka shalat ini dinamakan dengan Shalat Tarawih.

Shalat tarawih memiliki ciri khas seperti; dilaksanakan berjama’ah sebanyak dua puluh rakaat, dan juga bisa dikerjakan dengan menghatamkan Al-Quran.

Karena mengerjakan shalat tarawih merupakan cabang dari Iman, Imam A’dzam Abu Hanifah Rh mengatakan, “Shalat tarawih adalah sunnah muakkadah”.

Rasulullah Saw kebanyakan mengerjakan shalat tarawih secara munfarid, sedangkan beberapa hari mengerjakannya secara berjama’ah dan Rasulullah Saw mendorong kepada para sahabatnya untuk mengerjakan shalat tarawih, dengan sabda beliau, “Barang siapa yang mengerjakan shalat Tarawih karena ridha Allah Swt dengan yakin akan kebenarannya dan tanpa dicampuri dengan rasa riya, maka telah diampuni dosa-dosa sebelumnya”.

Ketika Rasulullah Saw hendak mengerjakan itikaf di masjid pada bulan Ramadan, maka disiapkan sebuah ruangan bersekat serta beralaskan tikar. Di hari kesepuluh terakhir dari bulan Ramadan beliau keluar dari ruangan tersebut dan menjadi Imam untuk shalat fardu dan tarawih dalam beberapa hari. Dan akhirnya  suatu malam Rasulullah Saw melihat bertambahnya jamaah yang datang, akhirnya beliau hanya mengimami shalat Isya dan langsung masuk ke ruangannya tanpa melanjutkan shalat tarawih. Sebagian dari para Sahabat ada yang (pura-pura) batuk berharap agar Rasulullah Saw  keluar dari ruangannya.

Rasulullah Saw keluar dari ruangannya dan bersabda: “Aku melihat kalian sangat bersemangat untuk mengerjakan Shalat Tarawih secara berjamaah. Tetapi aku takut kalau  shalat ini difardhukan oleh Allah Swt, dan yang lebih aku takuti lagi adalah setelah shalat Tarawih difardhukan, lalu kalian tidak dapat mengerjakannya secara berjamaah.”

Semenjak zaman Sayidina Umar Ra. (setelah tidak ada kemungkinan  difardukan) maka shalat tarawih dikerjakan secara berjamaah sebagaimana dikerjakan secara berjamaah pada awal zaman Rasulullah Saw.

Posted in Cerita | Leave a comment