ELZA AMELIA FIRDAUS

Sebuah Metafora

Ditengah ketika H-14 menuju ujian kompetensi, tiba-tiba saya yang notabene tidak bisa menulis mau tidak mau harus menulis. Sharing dan cerita rasanya lebih menyenangkan, namun sepertinya ada yang lebih memilih untuk membaca tulisan daripada mendengarkan.

Faktor usia barangkali yang membuat memori saya berat untuk sekedar mengingat kapan pertamakali mengenal sosokmu. Pokoknya sekitar pertengahan masa putih abu-abu pada event-event pejuang seni kali yaaa, saat aku masih berpura-pura jaim sebagai senior duluan belum menjadi saya. Inti pada akhirnya, ada junior yang ternyata juga pemikat seni saat itu.

Pada perjalanan yang lebih tergambar dari sosokmu adalah semangat atau semacam ghairah yang besar pada hal-hal sederhana. Mungkin sekolah dan profesi akademik bukan satu-satunya tujuan, ada beberapa ambisi disana. Entah semacam pembuktian diri atau sekedar mimpi yang sederhana yang mengandung misi.

Intelektual saja memang tidak ada artinya, ini juga mungkin salah satu prinsip hidupmu, sehingga prosesnya lebih banyak tentang sosial, kepemimpinan dan spiritual. Banyak hal yang saya pelajari dari seorang Abil Firdaus.

Semuanya baik-baik saja bahkan setelah namamu berubah menjadi lebih familiar bagiku. Entah wangsit dari mana yang menginspirasimu. Jika ini sebuah opera, semoga tidak ada dialog yang menggangumu. Tapi jika ada, anggap saja aku tidak sengaja. Jujur saja aku tidak ingat isi dialog terakhir waktu itu, barangkali sempat, ingatkan aku.

Selang empat lima tahun kemudian tidak banyak yang berubah. Kebiasaan baik berkabar membuatku tahu banyak hal yang sudah kau lakukan di tanah Jogja. Semangat bermimpi, berbagi dan tanpa henti menginspirasi. Tetaplah seperti itu mengingatkan nurani tentang tujuan awal hidup ini.

Kadang, semangat dan mimpimu terkesan idealis. Idealis mungkin hanya klise bagi orang yang enggan berusaha sedikit lebih keras dari sebelumnya, atau juga sebuah pengingat agar langkahmu lebih realistis saja. Ah tidak apalah, itulah dirimu, hidup ini opera singkat tentang perjuangan panjang, harus ada lakon idealis ditengah krisis khidmah dalam hati Santri Negeri ini.

Sampai di titik ini, aku setuju dengan pilihanmu. Pilihan untuk ingin terus berproses tentang apapun itu. Lelah hanya selingan saja jika melihatmu menganggap tujuan tidak pernah akan ada final. Itulah mengapa aku tidak ingin dituduh mengeluh. Kau pasti tahu maksudku. Banyak hal diluar buku yang menggema pada setiap proses yang kau jalani percaya sajalah, itulah yang membuatmu sekuat sekarang ini.

Jodoh, segala yang sudah kau perjuangkan hakikatnya adalah jodohmu, dua kota besar ini juga jodohmu, pun pertemuan ini, dulu waktu itu dan entah kapan lagi. Jangan pernah lelah mengingatkan bahwa ada banyak PR yang menanti, tentang hakikat mengapa kita sampai di kota ini.

Masih ingatkah dirimu dengan visi misi yang biasa kau teriakkan? Atau sekedar puisi yang kunyanyikan, aku yakin sosokmu akan mampu mengubahnya menjadi realita dimasa depan.

Jakarta, 04 Februari 2017

Posted in Kritik & Saran | Leave a comment

KEUTAMAAN AYAT AMANARRASUULU

Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari Surah Al-Baqarah, maka cukuplah baginya akan terjaga dari semua bencana dan keburukan”.
(HR. Shahih Bukhari)

Surah Al-Baqarah ayat 285 yaitu “Amanarrasuulu”, merupakan ayat yang menjadi acuan tentang iman dan i’tikad, sedangkan ayat 286 merupakan ayat yang didalamnya terdapat 7 do’a. Allah Swt mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya bahwa kemudahan-kemudahan yang diberikan-Nya dan bagaimana cara berdo’a serta memohon kepada-Nya.

Dua ayat ini tidak diturunkan kepada Rasulullah Saw melalui perantara malaiakan Jibril As, melainkan Rasulullah Saw sendiri yang mendengarkannya pada malam Mi’raj.

Sebagimana dijelaskan dalam hadits, “Pada malam Mi’raj, Rasulullah Saw diberikan tiga perkara kepadanya, yaitu: Shalat lima waktu, dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah, dan ampunan bagi semua umatnya yang tidak berbuat syirik kepada Allah Swt. ”

Ketika surah Al-Baqarah telah diturunkan dan pada setiap kalimat doa yang dibacakan oleh Rasulullah Saw, Allah Swt berfirman, “Aku telah mengabulkan do’amu.”

Rasulullah Saw bersabda, “Allah Swt menutup surah Al-Baqarah dengan dua ayat (Aamanarrasuulu). Dua ayat ini diberikan kepada saya dari perhiasan dibawah ‘arasy. Pelajarilah oleh kalian dua ayat ini, dan ajarkanlah kepada isteri-isteri dan anak-anak kalian. Karena dua ayat ini merupakan rahmat, bagian dari Al-Quran dan juga merupakan do’a.”

“Barangsiapa membaca ayat kursi dan dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah dalam keadaan sedih dan dalam keadaan musibah, maka Allah akan menolongnya.”

“Rumah yang didalamnya tidak dibacakan dua ayat terakhir ini selama tiga malam, maka syaitan akan mendekati rumah itu.”

Ali bin Abi Thalib Ra berkata, “Saya tidak berpikir seorang muslim dalam keadaan waras apabila sebelum tidurnya tidak membaca Amanarrasulu. Sesungguhnya dua ayat itu merupakan dari bagian perhiasan yang ada dibawah ‘arasy”.

Malaikat Jibri As mengingatkan kepada Rasulullah Saw untuk membaca ‘Amin’ diakhir surah Al-Baqarah.

Posted in Ngaji | Leave a comment