TERBENTUKNYA AL-QUR’AN MENJADI MUSHAF

“Rasulullah Saw Bersabda: Terangilah rumah-rumah kalian dengan melaksanakan shalat (nafilah) dan dengan membaca Al-Quran.” (HR. Baihaqi,Syuabul iman)

Allah SWT menurunkan Al-Qur’an seluruhnya dari Lauhul Mahfudz kelangit dunia pada  Lailatul qadar. Setelah itu diturunkan secara beransur-ansur selama 20-23 tahun  kepada Rasulullah Saw.

Ketika malaikat Jibril membawakan Al-Qur’an sekaligus menjelaskan tempat ayatnya dan berkata ayat ini pada surah ini, taruhlah di sini, Rasulullah Saw juga menyuruh penulis wahyu untuk menulis seperti demikian.

Al-Qur’an seluruhnya pada zaman Rasulullah Saw dipelihara secara tertulis, akan tetapi karena salinan tidak terkumpul pada satu tempat. Setelah wafatnya Rasulullah Saw dengan perintah dari Abu bakar Ra maka Al-Qur’an menjadi mushaf. Setelah itu dengan perintah Ustman Ra mushaf diperbanyak.

Sebagian ashabi kiram (para sahabat) telah menghafal seluruh Al-Qur’an dan mereka disebut dengan nama “Qurra”. Pada zaman Rasulullah Saw ada empat orang yang terkenal dengan hafalan Al-Qur’annya dan mempraktekkannya yaitu dari kaum muhajirin Abdullah bin mas’ud, Salim Maulana abu huzayfa, sedangkan dari kaum Anshar Muadz bin Jabal, Ubay bin ka’ab (Radhiyallahu ‘anhum).

Pada tahun ke 11 Hijriyah pada perang Yamamah 70 orang qurra mati syahid. Salah satu qurra yang terkemuka yaitu Salim diantara orang-orang yang mati syahid.

Sayyidana Umar berkata kepada sayyidina Abu Bakar, “Pada peperangan lain juga banyak qurra yang wafat dan saya takut sebagian besar Al-Qur’an pergi bersama mereka, dan saya merasa saat ini adalah waktu yang tepat untuk anda mengumpulkan Al-Qur’an.”

Dengan demikian Sayyidina Abu Bakar Ra berkata kepada Zaid bin Tsabit ,“Kamu pada zaman Rasulullah Saw sebagai penulis wahyu dan kami (ashabi kiram) pada saat ini mempercayakan kepadamu, sekarang kamu carilah ayat-ayat Al-Qur’an dan kumpulkanlah pada satu tempat.”

Pada zaman Rasulullah Saw Zaid bin Tsabit mengumpulkan keseluruhan Al-Qur’an dari penghafal Al-Qur’an dan ayat yang sudah tertulis. Karena sangat berhati-hati dia tidak merasa cukup hanya dengan ayat-ayat yang tertulis saja. Dia tidak menerima satu ayat pun selama tidak ada saksi yang  mendengarkan langsung dari Rasulullah Saw. Padahal dia telah hafal seluruh al-qur’an. Dengan demikian terbentuklah Al-Qur’an menjadi mushaf.

Posted in Cerita | Leave a comment

NAMA-NAMA SURAH AL-FATIHAH

“Banyak orang yang berpuasa, tapi hasil yang didapat dari puasanya hanyalah lapar. Dan berapa banyak orang yang bangun malam, tapi hasil yang diperolehnya hanyalah begadang (kurang tidur). ” (HR. Ibnu Majah)

Surah ini dinamakan Surah Al-Fatihah karena pada setiap awal sesuatu dikatakan “Fatihah” dan diakhirnya dikatakan “Hatimah”, dan juga dikarenakan Al-Quran Al-Karim dimulai dengan “Alhamdulillah”. Nama-nama lain dari surah AL-Fatihah:

Surah Syukur dan pujian: Nama ini diberikan karena surah ini dimulai dengan syukur dan pujian kepada Allah Swt, dan juga karena pujian-pujian yang khusus untuk Allah Swt terdapat pada surah ini.

Ummul Quran: Dinamakan Ummul Quran karena semua pujian-pujian yang khusus untuk Allah Swt yang ada didalam Al-Quran, dan juga karena semua ayat-ayat tentang perintah, kabar gembira serta kabar buruk terdapat dalam surah Al-Fatihah ini maka dinamakan ibu dan dasarnya Al-Quran.

Perhiasan: Surah Al-Fatihah adalah sebuah gudangnya rahmat, karena Rasulullah Saw bersabda, “Surah Al-Fatihah turun dari sebuah perhiasan dibawah ‘Arasy. ”

Obat dan Penyembuh: Rasulullah Saw bersabda, “Surah Al-Fatihah merupakan dasarnya Al-Quran, apabila dibacakan untuk penyakit maka akan bermanfaat” Oleh karena itu surah ini dinamakan Surah Syifa.

Surah Shalat: Diwajibkan dibaca pada setiap shalat. Allah Swt berfirman kepada Rasulullah Saw, “Saya membagikan shalat diantara saya dan hamba saya. Yakni saya memberikan pahala bagi orang yang melaksanakan shalat dan saya mengampuninya”. Oleh karena itu surah ini dinamakan Surah Shalat.

Sab’ul Matsanii: Surah Al-Fatihah ini diturunkan kepada Rasulullah Saw melalui perantara malaikat Jibril As baik di Makkah maupun di Madinah. Dikarenakan jumlah ayatnya ada tujuh dan dibaca disetiap shalat, surah ini dinamakan “Sab’ul Matsanii”.

Ta’limul Masalah: Didalam surah ini diajarkan adab dan syarat memohon dan berdo’a. Syaratnya memohon adalah pertama ma’rifat, kemudian amal, kemudian memohon segala keperluannya. Sedangkan adabnya adalah pertama memuji zat yang diinginkan, kemudian menjelaskan bahwa sanggup untuk mengambil yang diinginkan, kemudian memilih mana yang paling bagus dan memintanya. Sedangkan hal yang paling sempurna adalah jalan untuk mendapatkan nikmat bukan nikmatnya sendiri. Karena menemukan jalan untuk mendapatkan sebuah nikmat maka setiap saat akan mendapatkan nikmat tersebut.

Posted in Ngaji | Leave a comment