SETIAP PEKERJAAN SEMATA-MATA UNTUK MENDAPATKAN RIDHO ALLAH SWT

Allah Swt berfırman bahwa, “Sedangkan kalian memilih kehidupan dunia, padahal kehidupan (nikmat-nikmat) akhirat itu lebih baik dan kekal.” (QS. Al-‘alaa ayat 16-17)

Muhammad bin Ishak bin Ubaydullah merupakan salah satu orang Shaleh lagi sederhana yang tinggal di Andalusia. Beliau pernah bernasihat kepada Wazir (Menteri kerajaan) Abu Amr Ahmad yang berbunyi,

“Semua pekerjaan yang akan kau lakukan niatkanlah untuk kebaikan, jika kau melakukannya, niscaya kau akan selalu mendapatkan pahala atas apa-apa yang telah kau kerjakan.”

“Setiap kau hendak menyantap makanan, niatkanlah setiap suap makanan yang kau masukkan ke perutmu  agar bisa mendapat kekuatan pada saat beribadah kepada Allah Swt, begitu pula dengan tidurmu, juga  dengan setiap langkah yang kau ambil. Intinya, niatkanlah segala sesuatu yang akan kau lakukan semata-mata untuk mendapatkan Ridho Allah Swt. Karena jika kau meniatkan segala sesuatu yang akan kau lakukan atas kebaikan, niscaya kau akan tetap menemukan catatan amal baikmu itu nanti di buku amalmu kelak di akhirat,  walaupun kau belum sempat untuk mengerjakannya.

Anak Wazir itu pun berkata, “Sejak ku mendengar nasihat ini, aku mulai mengamalkannya dan aku merasakan manfaat yang luar biasa banyaknya, akupun sangat mengambil faidah dari untaian kata Imam Halil yang berbunyi,

‘Seseorang haruslah melewatkan setiap waktu yang ia lewati dengan penuh kesadaran, dan tidak seharusnya melewati waktu dengan sesuatu yang tidak berguna, dan yang terpenting ia harus memperhatikan setiap pekerjaan yang ia lakukan baik perbuatan itu  adalah amal yang berhubungan dengan Allah Swt, dengan manusia lain, atau dengan dirinya sendiri.”

Haruslah sibuk dengan kegiatan yang  bisa mengangkat derajatnya nanti di sisi Allah Swt.

Haruslah berusaha bekerja netral dan sewajarnya di antara manusia-manusia yang lain.

Haruslah menilai segala sesuatu yang ia kerjakan adalah sekurang-kurangnya pekerjaan, dan paling sedikit di antara pekerjaan orang-orang yang lain.

Apabila seseorang memperhatikan hal-hal ini dalam amal atau pekerjaan yang akan ia lakukan, niscaya hanya fadhilah-fadhilah baiklah yang akan ia hasilkan dari setiap pekerjaannya. (Jazwatul-muktabas)

Posted in Cerita | Leave a comment

NUR (CAHAYA) NABI MUHAMMAD SAW

Rasulullah Saw bersabda, “Ketika dosa dilakukan secara terang-terangan, maka timbullah bencana. Ketika banyak yang tidak patuh pada perintah pemimpin, hujan berkurang dan akan terjadi kekeringan.” (Faydhul Qadir)

Allah Swt telah meletakkan Nur Nabi Muhammad Saw ke pundaknya sejak diciptakannya Nabi Adam As. Para Malaikat berdiri menyusun shaf di belakang Nabi Adam As untuk mendapatkan manfaat dan nikmat dari cahaya Nabi Muhammad Saw.

Nabi Adam As berkata sambil berdoa dan memohon kepada Rabbnya, “Kenapa para Malaikat ini berdiri menyusun shaf di belakangku?”

Allah Swt berfirman, “Malaikat-malaikat-Ku sedang melihat nur (cahaya) kekasih-Ku Muhammad Saw. Dia adalah Nabi yang keluar dari nasabmu, cahayanya akan sampai kepada pemiliknya dengan perpindahan dari nasab ke nasab dan dari yang sujud kepada yang sujud (yakni dari mukmin ke mukmin). Dia adalah Nabi sekaligus Rasul yang terakhir, Tuan dari setiap makhluk yang diciptakan.”

Nabi Adam As meminta kepada Rabbnya untuk memindahkan nur tersebut ke dahinya untuk dapat melihat para Malaikat yang ada di seberangnya. Kemudian Nur-u Muhammad dipindahkan ke dahi Nabi Adam. Malaikat-malaikat pun berdatangan kehadapan Nabi Adam. Dan Nur-u Muhammad bersinar di dahi Nabi Adam seperti halnya matahari pagi bahkan lebih bagus dan terang.

Hawa yang melihat cahaya tersebut di kening Nabi Adam langsung berkata, “Cahaya apa yang ada di keningmu?, cahaya tersebut telah membuatku takjub.”

Jawab Nabi Adam, “Wahai Hawa, Yang membuatmu takjub terheran-heran adalah cahaya dari Nabi keturunanku. Dia adalah makhluk Allah Swt yang paling sempurna dan di sisi-Nya adalah yang paling tinggi derajatnya”.

Lalu Nabi Adam As memohon kepada Allah  untuk memindahkan cahaya ke bagian tubuh yang dapat terlihat. Allah Swt mengabulkan doanya dan memindahkan nur tersebut ke jari telunjuknya. Dan mata Nabi Adam pun tersinari oleh nur tersebut. Ketika Nabi Adam As sibuk dengan zikir dan syukur, nur tersebut berzikir dan bersyukur dengannya.

Ketika turun ke permukaan bumi cahaya tersebut kembali kepada tempatnya.

Posted in Cerita | Leave a comment