“Makan sahur adalah berkah. Jangan meninggalkan sahur walaupun hanya dengan seteguk air! Allah Swt merahmati dan malaikat pun beristighfar bagi orang-orang yang melaksanakan sahur.” (HR. Imam Ahmad)
I’tikaf adalah sebuah istilah untuk tinggal sementara (beberapa waktu tertentu) di masjid yang biasa digunakan shalat berjamaah, atau di tempat yang sehukum dengan masjid dengan niat i’tikaf.
I’tikaf ada tiga macam: Wajib, Sunnah Muakkad dan Mustahab.
I’ikaf yang dinazarkan hukumnya wajib.
I’tikaf yang dilaksanakan pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dengan jalan kifayah hukumnya sunnah muakkadah. Pada suatu daerah apabila satu orang beri’tikaf, maka yang lain juga seperti melaksanakan sunnah tersebut.
Iktikaf yang dilaksanakan sementara waktu di sebuah masjid dengan maksud ibadah dan taat hukumnya mustahab.
Syarat-syarat iktikaf:
Orang yang akan melaksanakan iktikaf harus berniat iktikaf, muslim dan harus berakal, tidak boleh dalam keadaan junub, haid dan nifas.
Iktikaf harus dilaksanakan di masjid atau di sebuah tempat yang sehukum dengan masjid.
Untuk iktikaf disarankan (disunahkan) dalam keadaan berpuasa.
Untuk perempuan, tempat-tempat yang digunakan sebagai masjid di rumahnya sendiri hukumnya seperti masjid.
Seorang yang beriktikaf, apabila keluar dari masjid tanpa sebab atau berhubungan badan dengan istrinya, maka batal iktikafnya.
Seorang yang beriktikaf apabila keluar dari masjid karena ada masalah keagamaan, kemanusiaan atau karena ada kebutuhan mendadak, tidak membatalkan iktikafnya: Seperti pergi ke masjid yang paling dekat untuk melaksanakan shalat jumat.