Gerakan Transparasi Pemilu

Bismillah, belajar menjaga Demokrasi di Indonesia tetap tegak dengan mengawal pilpres lewat Gerakan Transparasi Pemilu. Siang tadi proses pemilihan yang biasa saja, serunya hanya ketika para santri muter berkali-kali karena tidak menemukan tempat TPS yang di tuju yaitu TPS 47. Masyarakat caturtunggal dan sekitarnya juga tidak seberapa antusias dalam merayakan pemilihan pada tahun ini, hal tersebut tampak karena sedikitnya masyarakat yang menghadiri TPS dan bahkan tidak ada peng-antrian sama sekali. hal yang mengagetkan saya adalah ketika seorang bukan warga yang berdomisili di caturtunggal, namun diberbolehkan dengan mudah untuk berpartisipasi untuk mencoblos hanya dengan menunjukkan e-KTP saja, saya hendak bertanya dan menegur namun pakaian yang saya pakai waktu itu kurang meyakinkan dan massa para bapak-bapak tersebut juga lebih banyak, entah saya yang tidak tahu atau memang boleh, karena dari kemarin banyak yang memperjuangkan dengan pengantrian di tempat Koimisi Pemilihan Umum, masak tiba-tiba dengan begitu mudah hanya menunjukkan eKTP boleh untuk nyoblos. Ah yasudalah fikirku, kembali mengawal agar tidak terjadinya kecurangan dan kekeliruan dalam proses pemilihan ini. tepat pukul 13:00 akhirnya memasuki penghitungan suara, suara pertama di dapatkan oleh pak Prabowo, tak lama kemudian suara pak Jokowipun menyusul dan semakin tinggi pula. he he he

Laporan Hasil di TPS 47 “Desa Caturtunggal, Depok, Sleman, DIY”

1.       Prabowo              : 99 suara
2.       Jokowi                 : 199 suara
3.       Suara sah            : 298
4.       Suara tidak sah  : 2
5.       Total suara          : 300

Saksi Prabowo   : Febri
Saksi Jokowi       : Nanang
Abil dari Gerakan Transparasi Pemilu melaporkan.

Jogja, 09 Juli 2014. Trimakasih!

Posted in Cerita | Leave a comment

Donor Darah

Bismillah, sebelum memilih para calon Presiden dibutuhkan kesehatan, stamina yang siap untuk mencoblos oleh karena itu saya mendonorkan darah saya karena Allah ta’ala dan kesehatan saya. Setelah sholat terawih berjamaah dengan anak-anak ada info untuk Donor Darah di Masjid KAUMAN (Masjid Gedhe), yang terkenal terbesar di jogja. pukul 20:30 saya pun mencari teman untuk mau mengikuti donor darah, agar tubuh kita sehat sentosa, dan setelah itu kita segera bergegas untuk menuju Masjid Gedhe untuk menyumbangkan darah kita secara sukarela, dan tak sempat terfikir di benak saya ternyata para antrian begitu banyak sekali, sehingga untuk bisa mendaftarpun desak-desakan. yaaa kembali lagi seorang SANTRI harus sabar mengantri. he he he selain karena donor darah ada tujuan lain sih, agar kita bisa refresing menikmati sejuknya udara malam sehingga kita bertekad untuk keluar, antrian beitu lama dan panjang sampai pada urutan ke 790 nama saya baru dipanggil. Yey dengan bahagia saya segera mendatangi ke sumber suara untuk bergegas cepat agar segera dilakukan pemrosesan pengambilan dara. Pukul 00:30 persis jarum itu ditusukkan ke tangan saya, dan saya merasa bersyukur alhamdulillah ternyata saya mempunyai darah, karena sudah tiga kali saya donor darah dan tidak bisa dengan alasan tidak menemukan uratnya dan tekanan darah yang kurang. sambil menunggu saya bertanya-tanya kepada seorang ibu yang berada disamping saya: Buuu kalau saya donor darah berarti darah saya berkurang dong buu? terus gimana dengan darah saya nanti, saya kekurangan dong? tapi setelah itu Ibuu itu menjelaskan ke saya sampai pada tulang rusuk juga. pokoknya intinya donor darah itu sehat asalkan diri kita ini memenuhi kriterianya saja. sempat terpikir donor darah itu termasuk shodaqoh jariyah bukan yaa? kayaknya kok iyaa deh. disisi lain untuk mengontrol kesehatan kita juga sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama. Donor darah akan membantu kelancaran sirkulasi darah! sudah cukup sekian kalau terlalu banyak nanti bikin malas nerusin baca lagi. :* he he he
Jogja, 07 Juli 2014

Posted in Cerita | Leave a comment