SYARAT DAN ADAB MENGAJARKAN ILMU

“Ajarkanlah ilmu oleh kalian, akan tetapi jangan mengajarkannya dengan keras. Sesungguhnya seorang guru yang mengajarkan ilmu dengan lemah lembut itu lebih baik daripada yang mengajarkannya dengan keras.”
(HR. Baihaqi, Syu’abul-Iman)

Beberapa syarat dan adab ketika mengajarkan ilmu kepada murid :

1. Seorang guru harus bersemangat dan mempunyai rasa kasih sayang kepada murid-muridnya.

2. Harus mengajarkan segala sesuatu yang penting dan bermanfaat.

3. Mengikuti ulama-ulama terdahulu ketika mengajar.

4. Sewaktu-waktu membuat humor ketika mengajar.

5. Tidak membedakan antara murid yang satu dengan yang lainnya.

6. Harus menghargai murid-muridnya.

7. Mengadakan praktek atau penerapan secara langsung.

8. Tidak suka menyuruh-nyuruh.

9. Harus berjuang melawan orang-orang yang memusuhi aqidah Ahlu Sunnah wal Jama’ah.

10. Menjadikan khidmat sebagai tujuan utama dalam mengajar.

11. Tidak merasa cukup dengan ilmu tanpa adanya ma’nawiyah.

12. Harus bisa mencetak sebuah buku yang berjalan (murid yang pandai).

13. Tidak mengaitkan kesuksesan pada dirinya.

14. Bersabar mengajarkan murid yang kurang dalam masalah pemahaman dan tidak terburu-buru.

15. Memberikan bimbingan yang efektif kepada murid yang kurang pemahamannya.

16. Tidak memarahi murid yang selalu bertanya.

17. Menjaga murid dari ilmu yang membahayakan.

18. Menjaga murid agar mereka bisa belajar ilmu yang bermanfaat dengan niat karena Allah Swt bukan karena niat yang lain.

*Santri Sulaimaniyah

Posted in Ngaji | 1 Comment

KEBAIKAN TALHAH BIN UBAIDILLAH RA  

“Sesungguhnya sedekah dapat memadamkan panasnya api di liang lahat. Dan sesungguhnya orang mukmin akan diberikan keteduhan di hari kiamat karena sedekah yang mereka lakukan”. (HR. Baihaqi, Syu’abul Iman)

Talhah bin Ubaidullah Ra adalah salah seorang sahabat yang termasuk dari ‘Asyarah Mubasyarah” (sahabat yang dipastikan akan masuk surga). Karena sifat baiknya, beliau mampu memberikan sedekah  ratusan ribu dinar dalam sehari. Ketika sehari saja beliau tidak bersedekah, beliau tidak bisa tidur. Beliau juga membebaskan 10 tawanan perang pada Perang Badar dengan membayar tebusannya, dan beliau juga membayarkan  hutang orang-orang dari Bani Jasyim.

Suatu hari Rasulullah Saw datang ke sebuah sumur di desa Dzukarad yang terdapat di kota Baysan dan beliau bertanya mengenai nama sumur tersebut.

Kemudian para sahabat menjawab, “Ya Rasulullah, nama sumur itu adalah Baysan, rasanya asin dan pahit”.

Rasulullah Saw pun bersabda, “Tidak, nama sumur itu adalah Na’maan, rasanya pun manis”.

Ketika Rasulullah Saw mengganti nama sumur tersebut, Allah Swt pun mengganti rasanya dan menghilangkan rasa pahit pada sumur tersebut.

Kemudian Talhah bin Ubaidullah Ra, membeli sumur tersebut dan mewakafkannya, sekaligus beliau menyembelih seekor unta  dan membagikannya ke masyarakat, atas perbuatannya tersebut Rasulullah Saw bersabda,

“Ya Talhah, kamu adalah “Talhatul Fayyadz!”. Setelah itu, beliau dipanggil dengan sebutan Talhatul-Fayyadz oleh para sahabat lainnya. (Fayyadz: orang yang baik dan sangat suka melakukan kebaikan).

Talhah bin Ubaydullah Ra berkata: “Seseorang yang rendah hati adalah orang yang memuji seseorang dibalik kejelekannya. Teman yang baik itu lebih baik bagimu dari pada nafsumu. Karena nafsu memerintahkan keburukan sedangkan teman yang baik selalu mengajak kepada kebaikan.”

Tidak ada kebaikan di dalam hidup apabila tidak ada rasa malu pada diri seseorang.

*Santri Sulaimaniyah

Posted in Ngaji | Leave a comment