IMAM BUSHIRI DAN KASIDAH BURDA

“Tidaklah menjadi iman diantara kalian yang mencintai ayahnya anak anaknya dan semua manusia sebelum mencintaiku.” (HR. Muttafaqun Alaih)

Imam busiri adalah pemilik atau penulis dari sair kasidah burdah nama aslinya syeikh syarifuddin bin Muhammad said dan nama julukannya adalah abu Abdullah, berasal dari daerah magribi kemudian berhijrah pada tahun 608 (M.1211) di sebuah kampung mesir beliau dilahirkan dan pada umur 88 tahun beliau meninggal di Iskandar mesir.

Imam busiri adalah seorang penyair, ulama dan memiliki kepribadian yang mulia beliau sangat memahaminya,dan pada waktu itu para sultanpun sangat mengagumi karya karyanya. Untuk menjelaskan kehidupan nabi dan kepribadinnya sehari hari rasulullah meminta di alam mimpinya kepada beliau untuk membuatkan sebuah sair dan akhirnya dikabulkannya.

Pada suatu hari sultan melihat syeikh imam busiri begitu kagum dan bertanya pada malam tadi apakah kamu bertemu dengan rasulullah? Katanya ”saya tidak melihatnya” kata imam busiri akan tetapi dihatinya beliau begitu cinta kepada rasulullah  beliau tidak mengatakannya, pada malam itu beliau melihat rasulullah bersama sahabat sahabatnya, mereka sama sama membacakan qosidah burdah, dengan membacanya saja  kecintaan kepada Rasulullah semakin meningkat.

Bagi orang mukmin yang membacanya maka akan terjauh dari penyakit dan kefakiran, itu juga merupakan sebuah karunia dari Allah Swt setelah membacanya sebagian tubuh kita merasakan ketenangan, qosida burdah yang ditulis oleh imam busiri untuk menjelaskan kepribadian Rasululllah sebagai wasilah disana Allah Swt memberikan karuniannya sebagai obat apabila dituliskan qosida buradah bait ke 161 “al kawakibu addurriyya fi madhi khairil bariyyah”. Begitu juga bersama dengan rasulullah di dalam mimpinya begitu memuliakannya, qosida ini dibacakan dengan penuh keagungan, dengan tangan rasulullah yang begitu mulia beliau mengusapkan kepada bagian tubuh yang sakit dengan begitu sakit tersebut menjadi sembuh.dan paginya memang benar benar sembuh.

Menjelang subuh ketika pergi untuk menunaikan shalat dengan sahabatnya bertemu pas pasan di pintu gerbang utama “amin tadzakuri” saya mau memulainya katanya, kemarin malam kamu bertemu langsung dengan rasulullah di alam mimpi ketika qosida ini dibacakan saya juga berada disana, dengan begitu imam busiri begitu terkagum untuk medapatkan berkah kemudian memberikannya kepada syeikh.

Posted in Ngaji | Leave a comment

IMAN YANG SAH DAN DITERIMA

“Barang siapa yang (ingkar) kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian (kiamat), maka sesungguhnya orang itu telah sesat sajauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa : 136)

Iman adalah menerima dan membenarkan segala sesuatu yang dibawa oleh Rasulullah Saw yang telah diperintahkan oleh Allah Swt dengan tanpa ada keraguan. Dasar-dasar segala sesuatu yang disampaikan oleh Rasulullah Saw adalah; beriman kepada Allah Swt, malaikat-maliakat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan kepada qadha dan qadar. Keenam dasar tersebut merupakan pondasi dari Aqidah agama Islam.

Ada tiga syarat yang bisa membuat iman sah dan diterima:

Pertama, tidak boleh berada dalam keadaan iman yais, iman karena sekedar takut dalam keadaan tidak ada harapan dalam hidupnya ketika akan meninggal. Apabila seorang kafir dalam keadaan akan mati, kemudian dia beriman karena takut melihat adzab Allah Swt, maka imannya tidak bisa diterima.

Kedua, orang yang beriman tidak boleh mengingkari apa saja yang diharuskan untuk diimani, atau tidak boleh memilih dan menggunakan ciri-ciri orang kafir. Apabila seseorang dalam keadaan iman kepada Allah Swt dan Rasul-rasul-Nya, kemudian dia mengingkari kenabiannya Rasulullah Saw atau mengingkari satu hukum fardhu, atau dia menyembah berhala dengan keinginannya sendiri, atau dia mengikuti salah satu dari ciri-ciri orang kafir seperti ……… maka dia keluar dari agama Islam. Karena tidak bisa membagi iman, maka mengingkari satu saja dari dasar-dasar agama maka sama saja mengingkari semuanya.

Ketiga, harus menerima dan menganggap penting semua hukum-hukum agama, dan tidak boleh meninggalkan satu pun hukum agama dengan rasa keras kepala dan sombong. Apabila seseorang menganggap buruk salah satu dari amalan agama seperti shalat dan puasa, atau dia menginggalkan satu hukum agama dengan maksud mengingkari perintah Allah Swt, dan melakukan perbuatan haram dengan melaksanakan apa yang dilarang oleh agama, maka dia keluar dari agama Islam.

Apabila seseorang dalam semasa hidupnya memiliki iman yang kuat, akan tetapi di akhir hidupnya dia keluar dari agama dengan suatu sebab, maka dia akan diadzab selama-lamanya. Kita berlindung kepada Allah Swt dari hal seperti ini. Iman, amal, dan ibadah yang dia lakukan sebelumnya tidak memberikan manfaat kepada dirinya.

Apabila seseorang yang semasa hidupnya berada dalam kekufuran, lalu diakhir hidupnya dia beriman dan meninggal dalam keadaan beriman, maka dia akan mendapatkan kebahagiaan yang abadi, dia akan masuk ke dalam surga, kekufuran serta dosa-dosa yang sebelumnya tidak akan memberikan madharata (penyulit) kepada dirinya.

Posted in Ngaji | 1 Comment