SIAPAKAH YANG PALING BERANI?

“Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syetan-syetan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS Al-Fathir : ayat 6)

Sayiddina Ali Ra pernah bertanya kepada para sahabat, “Siapakah orang yang paling berani?”
Mereka menjawab, “Engkau wahai Amirul Mukminin. “

Kemudian Sayiddina Ali Kw berkata lagi, “Aku tidak pernah bertarung dengan seseorang tanpa ada rasa takut dalam diriku. Katakanlah kepadaku lagi siapakah orang yang paling berani?”
Mereka berkata, “Kami tidak tahu siapa yang paling berani.”

Orang yang paling berani adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq Ra. Pada waktu perang Badar kami membuatkan sebuah tenda untuk Rasulullah Saw agar dapat melindungi beliau dari serangan tiba-tiba yang di lakukan oleh orang musyrik.

Kami pun bertanya. “Siapakah yang tinggal bersama Rasulullah Saw?” Demi Allah, tiada seorang pun dari kami yang keluar untuk mendampingi Rasulullah kecuali Abu Bakar Ash-Shiddiq Ra. Sambil menghunuskan pedangnya Abu Bakar pergi menghadap Rasulullah dan menyerang orang-orang yang memerangi Rasulullah Saw.

Kemudian Sayiddina Ali Kw melanjutkan ceritanya, Suatu hari sekumpulan kaum kafir Mekkah sedang menyakiti Rasulullah Saw. Dan aku melihat mereka berkata kepada Rasulullah Saw, “Apakah kamu orang yang  berani mengesakan tuhan selain tuhan-tuhan kami?”

Demi Allah, tiada seorang pun dari kami yang  datang untuk menolong Rasulullah Saw sampai  datang Sayiddina Abu Bakar mengusir orang-orang kafir itu dan menghalangi mereka menyakiti Rasulullah Saw.

Lalu Sayiddina Abu Bakar pun berkata, “Celakalah kalian! apakah kalian hendak membunuh orang yang mengatakan Rabbku adalah Allah?” Kemudian Sayyidina Ali Kw melepaskan jubahnya dan menangis sampai basah jenggotnya dan berkata, “Demi Allah, katakanlah! siapakah yang paling mulia di antara orang mukmin yang hidup di zaman fir’aun dan Sayyidina Abu Bakar? Semua terdiam, Kemudian Sayiddina Ali melanjutkan perkataanya,

“Berikanlah jawaban kepadaku! Demi Allah, satu jamnya Sayiddina Abu Bakar lebih mulia dari pada seribu jamnya orang mukmin yang hidup di zaman Fir’aun. Sesungguhnya mereka merahasiakan iman mereka kepada orang-orang kafir, akan tetapi Sayiddina Abu Bakar Ra menyatakan keimanannya secara terang-terangan.” (Tarihul’-Hulafa, Suyuti)

Posted in Ngaji | Leave a comment

HAK-HAK TETANGGA

“Pada hari kiamat orang pertama yang akan menuntut hak-haknya satu sama lain adalah tetangga-tetangga (yang tidak saling memperhatikan hak-hak tetangga lainnya ketika di dunia).” (HR. Ahmad bin Hanbal)

Rasulullah Saw menjelaskan hak-hak tetangga sebagai berikut :

“Apabila seseorang menutup rapat pintu rumahnya untuk tetangganya karena takut datangnya keburukan yang akan menimpa  keluarga dan hartanya,  maka dia bukanlah orang mukmin yang hakiki.”
Tetangga yang  tidak merasa aman dari keburukannya juga bukan merupakan orang mukmin yang hakiki.

“Apakah kalian tahu tentang haknya tetangga?”

  1. Ketika tetanggamu membutuhkan pertolonganmu, kamu menolongnya,
  2. Ketika tetanggamu ingin berhutang kepadamu, kamu memberikannya  pinjaman,
  3. Ketika tetanggamu jatuh miskin,  kamu memberi bantuan pinjaman,
  4. Ketika tetanggamu sakit, kamu menjenguknya,
  5. Ketika tetanggamu mendapat kesenangan, kamu pun ikut senang dengan keadaannya,
  6. Ketika tetanggamu mendapat musibah, kamu  menghiburnya,
  7. Ketika tetanggamu  meninggal dunia, kamu ikut mengurus jenazahnya,
  8. Kamu tidak membuat bangunan rumahmu lebih tinggi dari rumahnya selama tidak ada izin darinya dan tidak menghalangi bangunan rumahnya  dari angin dan matahari,
  9. Kamu tidak mengganggunya dengan bau harum makanan yang ada di rumahmu dan kamu memberikan sebagian makananmu kepadanya,
  10. Apabila kamu membeli buah-buahan, maka kamu pun disarankan memberikan kepadanya juga. Kalau kamu tidak bisa melakukan ini, maka bawalah buah-buahan tersebut secara sembunyi-sembunyi ke rumahmu. Dan kamu tidak membiarkan anakmu keluar membawa buah-buahan tersebut sehingga membuat anak tetanggamu menginginkannya.

“Apakah kalian tahu haknya tetangga? Demi Allah Swt yang jiwaku berada di kudrat-Nya, hanya orang yang dirahmati Allah saja lah yang mengerti hak-hak tetangganya.

Karena begitu banyaknya wasiat Rasulullah Saw tentang tetangga, sampai-sampai para sahabat mengira bahwa tetangga bisa menjadi ahli waris. (HR.Baihaqi, Syua’bul Iman)

Posted in Ngaji | Leave a comment