MENGHORMATI ILMU DAN AHLI ILMU

“Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu)! Tuntutlah ilmu dengan tenang dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajarkanmu.” (HR. Thabrani Al-Mu’jamul Ausat)

Seseorang yang sedang menuntut ilmu hendaklah menghormati ilmu, ahli ilmu dan guru-gurunya, karena apabila dia tidak menghormatinya, dia tidak akan mendapatkan ilmu yang dia inginkan dan tidak akan mendapatkan manfaat dari ilmu yang telah dia pelajari. Para ahli hikmah telah berkata, “tidak seorang pun dapat mengambil manfaat dari ilmu yang dia pelajari kecuali dengan hormat, dan tidaklah seseorang gagal mendapatkan kemanfaatan dari ilmu yang dia pelajari kecuali dengan meninggalkan hormat dan adab.”

Hormat kepada guru sama dengan hormat kepada ilmu. Sayyidina Ali  Ra telah berkata, “Aku siap menjadi budaknya seseorang yang telah mengajariku ilmu walaupun hanya satu huruf. Orang yang telah mengajarimu sebuah permasalahan agama yang kamu perlukan walaupun hanya satu huruf,  maka dia adalah ayahmu secara agama.”

Seorang ulama telah berkata, “Seseorang yang menginginkan anaknya menjadi seorang ahli ilmu, maka hendaklah dia memperhatikan para ahli ilmu yang fakir dan juga menghormatinya, memuliakannya, dan membantunya. Seandainya  anaknya tidak menjadi seorang ahli ilmu, maka insyaAllah anak keturunannya akan ada yang menjadi ahli ilmu. “

Hendaklah seorang murid tidak berjalan didepan gurunya, tidak duduk di kursinya, tidak mengawali pembicaraan sebelum diberi izin, tidak banyak berbicara ketika ada dihadapannya, dan tidak bertanya ketika gurunya dalam keadaan lelah, karena semua ini adalah bagian dari hormat atau adab.

Seorang murid harus berusaha mendapatkan keridhoaan dari gurunya, tidak membuatnya marah dan mentaati semua perintahnya, selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan agama.

Murid yang menyakiti gurunya tidak akan mendapatkan keberkahan dari ilmunya, dan dia juga tidak akan bisa mengambil kemanfatan dari ilmu yang telah dia pelajari.

Menghormati kitab-kitab sama dengan menghormati ilmu, para murid juga dianjurkan memiliki wudhu ketika akan memegang  dan mempelajari sebuah kitab.

Para murid juga dianjurkan untuk tidak memanjangkan kaki ke arah kitab, menaruh Al-Quran dan kitab tafsir diatas kitab yang lain, dan tidak menaruh barang yang lain diatas kitab-kitab, karena hal ini juga merupakan sebagian dari bentuk hormat kepada kitab.

Ketika menuntut ilmu para murid juga diharuskan menghormati teman-temannya, karena hal ini juga merupakan sebagian dari hormat kepada ilmu.

Selain itu, ketika sedang belajar hendaknya seorang murid harus mendengarkan pelajaran yang disampaikan oleh gurunya dengan sungguh-sungguh, ta’zhiim dan hati-hati. Walaupun dia mendengarkan satu permasalahan atau pun hanya satu huruf, sebanyak seribu kali seorang murid harus  tetap mendengarkannya dengan hormat.

Seorang murid juga harus mengikuti semua nasihat-nasihat dari gurunya dan menjaga dirinya dari akhlak yang tidak terpuji.

Posted in Ngaji | Leave a comment

ORANG-ORANG YANG DILINDUNGI OLEH ALLAH SWT TIDAK MEMERLUKAN BAJU BESI

“Janganlah engkau menampakkan rasa gembira saat saudaramu sedang tertimpa musibah, karena dengan sebab itu Allah Swt mengampuni dosanya dan menimpakan musibah kepadamu.” (HR. Sunan Tirmizî)

Imam Bushiri berkata di dalam sebuah kitab yang bernama Qasidah Burdah, “Wiqaayatullahi aghnat ‘an mudhaa’afatin Minaddhururi wa an ‘alin minal uthumi”.

Artinya, “Penjagaan Allah Swt  kepada Rasul-Nya sama sekali tidak membutuhkan baju besi yang berlalpis-lapis ataupun benteng yang tinggi.”

Sewaktu Rasulullah Saw berada di Mekah, untuk melindungi beliau dari serangan orang-orang musyrik, dibutuhkan benteng-benteng yang tinggi, baju besi yang berlapis-lapis, dan tentara yang banyak. Akan tetapi semua pasukan Allah Swt yang jumlahnya tidak terbatas, termasuk semut yang merupakan makhluk paling lemah pun bisa menutup mata dan jalan-jalan orang kafir, dan menjatuhkan mereka ke dalam jurang keputusasaan.

Seorang  Hakim di kota Kudus yang bernama Ibnu Syaddad, ketika membahas tentang Salahuddin Al-Ayyubi, beliau mengatakan, “Di tepi sungai Akka yang terdapat kota Reml, telah terjadi sebuah peperangan. Salahuddin Al-Ayyubi  memiliki seorang  tentara yang gagah perkasa bernama  Karasungur. Dia juga telah membunuh sebagian besar  musuh-musuh dan memporak-porandakan mereka. Oleh sebab itu, di dalam hati musuh-musuhnya telah terbakar api keberanian untuk membalas dendam kepadanya. Mereka berkumpul untuk membuat perangkap guna mengalahkannya. Dengan tipuan, mereka menariknya ke tempat persembunyian mereka. Kemudian mereka keluar dari tempat persembunyian dan meyerang sekitarnya.

Salah seorang dari mereka menarik rambutnya. Sudah terasa sangat dekat kematian bagi Karasungur. Dan yang lainnya pun menebaskan pedang ke lehernya. Akan tetapi tebasan pedang tersebut memotong tangan orang yang memegang rambutnya tadi. Karasungur pun dengan cepat melarikan diri pergi ke tempat teman-temannya berada. Walaupun salah satu dari musuh Allah Swt tersebut mengikutinya, tak seorang  pun yang dapat menangkapnya kembali. Karasungur pun kembali dalam keadaan sehat wal’ afiat.

Posted in Cerita | Leave a comment