MUTIARA HIKMAH IMAM JA’FAR SHADIQ RA.

“Apabila salah seorang dari kalian melihat kekaguman pada saudaranya, pada dirinya, dan hartanya, hendaknya dia mendoakan keberkahan untuknya (dengan berkata masya Allah atau semoga Allah memberkahi), karena nazar itu benar adanya.” (H.R. Ahmad, al-Hakim)

Tak ada bekal yang lebih utama dari taqwa, sesuatu yang lebih indah dari diam, musuh yang lebih berbahaya dari kebodohan, dan penyakit yang lebih parah dari kebohongan.

Janganlah engkau bersedih karena perlakuan buruk dari saudara seimanmu atau karena ucapannya yang menyakitkan dirimu. Karena bila yang diucapkannya adalah kebenaran, maka akibat dari keburukan yang kau lakukan akan kau rasakan di dunia saja, tidak sampai ke akhirat. Jika yang dikatakannya salah, maka itu akan menjadi pahala kebaikan bagimu tanpa perlu bersusah payah kau untuk mendapatkannya.

Seseorang  yang bergaul dengan teman yang buruk tidak akan selamat dari bencana, orang yang bepergian ke tempat-tempat yang buruk akan senantiasa berada dalam fitnah dan tuduhan, sedangkan orang yang tidak dapat menjaga lisannya, pasti akan menyesal.

Apabila seorang di antara kalian menginginkan agar harta yang dimiliki serta hal-hal yang disukainya terus berada dalam genggamannya, maka hendaklah dia (membiasakan diri) membaca ‘Mâsya Allah, La Quwwata illâ billâh.’’

Ibadah seseorang akan dikabulkan bila diringi dengan tobat, sebab Allah Swt berfirman bahwa tobat harus didahulukan sebelum beribadah, seperti dalam firman-Nya; yaitu orang-orang yang bertobat, orang-orang yang beribadah…’’ (Surah At-Taubah: 112). Yakni, seorang hamba perlu bertobat dari kekufuran, kemudian tobat dari dosa dan riya’, kemudian beribadah. Islam dulu, kemudian ibadah.

Imam Ja’far Shadiq (ra.) pernah ditanya: “Mengapa Allah Swt mengharamkan Riba?” Beliau menjawab: Agar tidak ada seorang pun yang melakukan kebaikan kepada saudaranya, sambil mengharapkan imbalan ataupun manfaat dari kebaikan itu.

 

Posted in Cerita | Leave a comment

IMAN KEPADA MALAIKAT

“Kiraman Katibin (yang mulia di sisi Allah) dan yang mencatat (perbuatanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan (mencatat amal baik dan buruk manusia, serta kelak bertanggungjawab dengan kesaksiannya).” (QS Surah Al-Infithar: 11-12)

Rukun Iman yang kedua ialah mempercayai dan mengimani adanya malaikat-malaikat Allah Swt. Malaikat tidak makan dan minum. Mereka juga tidak berjenis kelamin dan tidak pernah berbuat dosa. Apapun perintah yang Allah berikan, mereka segera kerjakan. Allah Swt menciptakan setiap dari mereka dengan tugas-tugas yang berbeda satu sama lain. Hanya Allah Swt yang mengetahui jumlahnya.

Di antara malaikat-malaikat yang Allah ciptakan, terdapat malaikat Muqarrab, yang berarti malaikat yang dekat (tinggi derajatnya) di sisi Allah Swt (nabi-nabinya malaikat). Mereka antara lain Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail (‘alaihimussalâm).

MALAIKAT KIRÂMAN KÂTIBÎN (Rakib dan Atid)

Kiraman Katibin adalah dua malaikat yang ditugaskan Allah Swt berada di tiap manusia. Salah satu dari keduanya berada di sebelah kanan manusia untuk mencatat amal-amal baik (Rakib) dan yang lain berada di sebelah kiri untuk mencatat amal-amal buruk manusia (Atid). Ketika manusia duduk, maka kedua malaikat tadi duduk di sebelah kanan dan kirinya. Saat manusia berjalan, maka kedua malaikat itu akan berjalan juga di depan dan dibelakangnya. Ketika manusia tidur, maka kedua malaikat tersebut akan berada di ujung kepala dan di ujung kaki manusia. Mereka akan sedikit menjauhkan diri saat manusia sedang berjimak ataupun membuang hajat. Selain dari hal-hal tersebut, maka kedua malaikat kiraman katibin tidak akan menjauh dari manusia. Hingga manusia menemui ajalnya, mereka akan senantiasa mencatat amal baik atau buruk yang dikerjakan manusia.

Ketika seorang hamba berbuat dosa, maka malaikat Atid (yang berada di sebelah kiri) akan mencatat amal buruk itu. Namun sebelum tercatat, malaikat Rakib (yang berada di sebelah kanan menghalanginya dengan harapan hamba tersebut menyesali perbuatannya sambil bertobat dan beristigfar sehingga Allah Swt mengampuninya. Apabila hamba bertobat, maka ia akan diampuni dosa-dosanya sehingga tidak dicatat amal buruk itu. Jika tidak, maka perbuatannya akan dicatat sebagai amal buruk.

Ketika seorang mukmin wafat dan jenazahnya hendak dimasukkan ke dalam kubur, kedua  malaikatnya akan berkata: “Ya Rabbi, kami telah mencatat amal baik dan buruk hamba-Mu ini tanpa penambahan ataupun pengurangan. Kini Engkau telah ambil rohnya. Izinkan kami untuk kembali ke langit.’”

Kemudian Allah Swt, menjawab: “Langit telah dipenuhi oleh malaikat. Bertasbih dan bertahlillah kalian di bumi dengan berzikir Subhanallah dan Laa Ilâha illallah. Kemudian catatlah pahalanya sebagai amal kebaikan bagi hamba-Ku ini.”

Posted in Ngaji | Leave a comment