Sebuah argumen yang menghantam saya kemarin, dalam sebuah orasi di salah satu kota yang disampaikan oleh seorang doktor dengan disaksikan pula oleh panasnya sengatan matahari.
Hari itu argumennya adalah: “Tidak mungkin seorang disebut Ahli atau Alim kalau dia hanya menguasai ilmu fiqih, ilmu usul fiqih tetapi tidak menguasai ilmu hadis, tafsir dan ilmu Aqidah, sebagaimana pula tidak mungkin dikatakan alim ketika dia mengetahui Ilmu Fiqih, Usul, Tafsir, Hadis dan Ilmu Kalam sedangkan dia tidak mumpuni ilmu tata bahasa arab (nahwunya, sorofnya, balaghonya dan sastranya). Sungguh sangat mustahil orang bisa alim tanpa mengetahui bahasa arab, karena sesungguhnya Allah telah memerintahkan kita untuk memahami al-Quran dan as-Sunnah melalui kaidah-kaidah bahasa arab”.
Saya pun jadi kepikiran dan bertanya-tanya
Ini artinya untuk menjadi orang yang Alim, yang utuh keilmuannya alias tidak parsial minimal dituntut untuk mumpuni semua mata kuliah yang terdapat dalam 3 fakultas sekaligus: Usuluddin, Syariah, Bahasa / sastra. Betul tidak? Coba nanti diulang argumennya.
Saya pun tambah bingung, kenapa 3 fakultas tersebut mesti dipisah-pisah?! Kalau satu sama lain tidak boleh dipisahkan! Bukannya kampus Islam didirikan agar bisa mencetak mahasiswa-mahasiswa yang ahli?!
Ni, saya jadi ingat peristiwa 3 tahun yang lalu, ada mahasiswa semester akhir jurusan tafsir-hadis di salah satu kota besar, lewat temannya dia menghubungi saya “Mas mintak bantuan terjemahan, bisa nggak? Nanti saya bayar deh, penting buat skripsi ni.” Waktu itu saya langsung menolak dan kaget masak jurusan tafsir-hadis yang sudah mau lulus masih mintak terjemahin, masak belum bisa baca kitab. Di pesantren kami, umur 11-16 sudah lancar baca kitab loh.
Ini sangat aneh dan patut untuk dikaji ulang. Sejak kapan Ilmu agama dikotak-kotakkan seperti ini. Jurusan ini jurusan itu, ilmu agama ya ilmu agama, mencakup semua yang berhubungan dengan agama.
Saya kok khawatir ini memang …. ah, semoga tidak!!. bisa jadi itu hanya buah dari niat baik yang belum banyak diuji. Hanya saja, tetap ada yang saya sesalkan, mengapa generasi abad 20-21 yang menjadi bahan percobaan?! Hmmmm ….!!!
Para sahabat mahasiswa yang budiman, kalian yang kebetulan kuliah di fakultas-fakultas Islam. Mohon didengarkan. Kita harus paham ya, Masih banyak tugas kita sebagai pewaris para nabi. Kalau kita niat belajar agama, kita pelajari betul-betul makul asasi tiga fakultas tersebut, itu minimal atau syarat mutlak untuk menjadi orang alim. Kalau di kampus sulit didapat, kita datangi pesantren, tambah ilmu kita di sana.
Mungkin ada yang bilang, saya kan harus fokus?! Fakultas tersebut dipisah-pisah agar mahasiswa bisa fokus.
Hemm … ngene-ngene tak kasih tahu. Ingin Fokus itu setelah 3 fakultas tersebut benar-benar kamu pelajari semua, setelah itu pilih keilmuan yang kamu sukai, silahkan! Belum bisa baca kitab kok fokus! Mokusin apa? Paling yang kamu baca ya buku-buku terjemahan. Dadi alim iku ra gampang rek …!!!