SALAM PELAYAN RAJA NAJASYI KEPADA RASULULLAH SAW

“Barang siapa bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Saw adalah utusan-Nya, maka Allah Swt mengharamkan api neraka kepadanya (terhindar dari azab neraka).” (H.R. Muslim)

Ummu Habibibah r.anha mengisahkan tentang pernikahannya dengan Rasulullah Saw sewaktu beliau r.anha masih di Habasyah (Etiopia):

“Ketika aku menerima maharku, aku memberikan keseluruhan dari maharku (yang jumlahnya begitu banyak) kepada seorang pelayan wanita yang membawa kabar gembira (mengenai permintaan khusus Rasulullah Saw. untuk menikahinya). Lalu aku berkata padanya:

“Aku telah memberikanmu gelang dan cincin di tanganku saat engkau memberika kabar gembira itu. Ketika itu, aku pun tidak memiliki apa-apa selain kedua perhiasan itu. Kini, ambillah maharku ini dan manfaatkanlah!” Namun dia tidak mengambilnya, bahkan dia juga mengembalikan perhiasan yang pernah aku berikan padanya tersebut.

Kemudian pelayan wanita itu berkata: “Raja Najasyi telah memperingatkanku untuk tidak menerima hadiah apapun darimu. Aku adalah pelayan khusus bagi Raja, aku juga termasuk seorang yang mengikuti ajaran Muhammad Saw. Selain itu, Raja Najasyi juga telah menyampaikan kepada tiap wanita yang berada di sisinya untuk mengirimkan semua minyak wangi yang mereka miliki kepadamu.”

Keesokan harinya, dia membawakanku minyak wangi yang begitu banyak. Ketika kembali dari Habasyah, aku menyerahkan seluruh minyak wangi tersebut kepada Rasulullah Saw. Namun Rasulullah Saw tidak berkata apapun saat melihat minyak wangi tersebut.

Setelah itu, pelayan wanita tersebut berkata kepadaku: “Aku memiliki sebuah permintaan. Sampaikan salamku untuk Rasulullah Saw dan beritahukan kepadanya bahwa aku telah mengikuti agamanya.” Ia juga membantuku mempersiapkan bekal perjalanan pulang. Saat berpapasan dengannya, ia selalu berpesan agar aku tidak melupakan permintaannya tersebut.

Saat aku kembali bersama Rasulullah Saw, aku menceritakan proses berlangsungnya pernikahan itu, dan juga segala sesuatu yang telah dilakukan pelayan wanita itu kepadaku. Rasulullah Saw pun tersenyum. Aku sampaikan salamnya kepada Rasulullah Saw, dan beliau pun menjawab: “Wa alaiha-s salam wa rahmatullahi wa barakatuh.” 

Posted in Cerita | Leave a comment

UMMUL MUKMININ : UMMU HABIBAH RA

“Janganlah kalian memelihara kebencian pada istri-istri kalian! Jika kalian tidak menyukai sebagian dari perangainya (sikapnya), kalian akan menyukai perangai (sikap) yang lain.” (HR. Muslim)

Ummu Habibah (R.anha) adalah putri dari Abu Sufyan. Ia berhijrah beserta suaminya Ubaidullah Bin Jahsy dan para muslimin ke Habasyah (Etiopia).

Ummu Habibah (r.anha) menceritakan: “Aku melihat Ubaidullah bin Jahsy di dalam mimpiku. Ia memiliki rupa yang sangat buruk dan aku merasa ketakutan ketika itu. Dan aku berkata di dalam hati, “Demi Allah ada sesuatu yang berubah padanya.” Disaat pagi tiba, Ubaidullah mengungkapkan bahwa dirinya telah masuk agama Nasrani (Kristen). Dan aku berkata, ‘‘Demi Allah, tidak ada kebaikan dalam dirimu.” Aku pun menceritakan mimpiku padanya. Dia tidak mempedulikannya dan terus mabuk hingga meninggal dunia karenanya.

Kemudian datang lagi seseorang dalam mimpiku, dan aku mendengar ia berkata, “Wahai Ummul Mukminin!” kemudian aku menjadi takut. Dia mengartikan bahwa Rasulullah Saw ingin menikahiku.

Pada tahun ke 7 Hijriyah, Rasulullah Saw mengirimkan surat kepada penguasa Habasyah (Najasyi), Ashamah bin Bahr. Surat itu berisikan ajakan untuk memeluk Islam dan keinginan Rasulullah Saw untuk menikahi Ummu Habibah (R.anha).

Ketika telah habis masa iddahku, datanglah seorang pelayan Najasyi kepadaku. Dia berkata, “Najasyi telah memberitahukan bahwa Rasulullah Saw telah mengirimkan surat yang menyatakan keinginannya untuk menikahimu, dan Najasyi memerintahkanmu untuk menentukan wakil untuk pernikahanmu. Karena kegembiraanku, maka saat itu aku hadiahkan kedua gelang dan kedua cincin perakku kepada pelayan tersebut, dan ketika itu aku memilih Khalid bin Said sebagai wakilku.

Maka Najasyi menikahkan Rasulullah Saw dan Ummu Habibah di hadapan para Muhajirin dan kaum Muslimin. Kemudian Najasyi berkata, “Duduklah! Karena menjamu makanan pada pernikahan adalah Sunnah para nabi.” Dia pun menjamu mereka dengan hidangan.

Ibnu Abbas (R.huma) berkata bahwa ayat 7 Surat Mumtahinah turun ketika Rasulullah Saw menikah dengan Ummu Habibah (r.anha).

Posted in Cerita | Leave a comment