Dulu, aku berbicara lewat puisi,
menyulam sunyi dalam bait-bait lirih,
menyeka sepi dengan cerita pendek,
menyapa dunia lewat kata yang mengendap.
Tapi waktu mencuri jariku,
menyibukkan aku dengan hari-hari penuh angka,
hingga buku jadi benda asing di rak,
dan pena hanya tinggal kenangan.
Kini aku berdiri di ambang kenangan,
mengintip masa lalu yang berdebu,
rindu rasanya menggenggam kata,
membiarkan rasa tumpah tanpa malu.
Aku tak lupa sepenuhnya,
hanya tersesat di antara jeda,
dan mungkin—
yang kubutuhkan hanya satu bait untuk kembali pulang.