Rasulullah Saw bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi sampai (keberkahan waktu berkurang) setahun terasa sebulan, sebulan terasa seminggu, seminggu terasa sehari, sehari terasa sejam dan sejam pun sesingkat kayu kering yang terbakar di dalam api (HR. Sunan Tirmidzi)
Haji, umrah, puasa, zakat dan hari raya keislaman lainnya diatur menurut 12 bulan kalender qamariah (hijriah). Bulan qamariah diatur menurut satu hilal ke hilal yang lain, terkadang bisa berjumlah 30 hari, dan terkadang 29 hari. Satu tahunnya 354 hari 8 jam. Dikarenakan jumlah hari tahun qamariah lebih sedikit dari tahun syamsiyah (masehi) maka musimnya berubah-ubah. Haji, puasa dan bulan ramadhan terkadang berada pada musim dingin dan terkadang musim panas.
12 bulan tersebut: Muharram, Safar, Rabiulawwal, Rabiulakhir, Jumadilawwal, Jumadilakhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Zulqaidah dan Zulhijjah. Empat dari bulan-bulan ini: Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab adalah bulan haram (bulan yang perlu dihormati dan diagungkan).
WAKTU-WAKTU YANG BERFADHILAH
Allah SWT terkadang menjadikan sesuatu lebih mulia dan terhormat dibanding sesuatu lainnya. Menjadikan hari Jumat dan hari Arafah lebih mulia (karena pada hari tersebut diperintahkan ibadah-ibadah khusus). Memisahkan bulan Ramadhan dengan bulan yang lainnya sebagai bulan yang derajatnya lebih mulia. Seperti halnya Masjidil Haram, Allah juga menjadikan tempat dan kota tersebut lebih mulia dibanding yang lainnya. Begitu pula pada beberapa bulan dimana apabila dilakukan sebuah amal shaleh akan dilipatgandakan pahalanya dan perbuatan dosa akan diganjar azab yang lebih pedih dari biasanya.
Seperti halnya beberapa Nabi dan umatnya lebih tinggi derajatnya dibandingkan yang lainnya, waktu pun begitu (beberapa waktu lebih mulia dibanding yang lainnya). Untuk meraih waktu yang lebih mulia tersebut, hati ini harus menetap lurus kepada Allah, memohon agar dicapaikan kepada waktu-waktu tersebut. Dan diberikannya pahala yang berlipat ganda untuk segala amal kebaikan yang dilakukan pada waktu tersebut merupakan ihsan dari Allah SWT.
Apabila Allah SWT mencintai seorang hamba, Allah akan menjadikannya sebagai orang yang melakukan amal perbuatan yang paling baik di antara amal perbuatan yang lain.
Namun apabila Allah SWT membenci seorang hamba (naudzubillah), Allah memusnakan keistimewaannya. Hamba tersebut melakukan perbuatan dosa, jatuh kepada keharaman, tercegah dari keberkahan waktu, dan azabnya akan lebih pedih dan perih nantinya. Yang perlu dilakukan adalah berusaha mungkin untuk tidak lalai pada waktu-waktu yang mulia tersebut. Karena waktu-waktu tersebut merupakan musim kebaikan. Sebagaimana seorang pedagang apabila berjualan dia lalai, maka ia tidak akan mendapat untung. Orang yang beribadah pun seperti itu, apabila ia lalai maka tidak akan mendapat pahala yang besar. Tidak boleh bermalas-malasan, dan harus mengetahui akan berharganya waktu tersebut.