Inovasi Strategi Pengembangan Karakter Anak Bangsa untuk Membentuk Generasi Unggul

Anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dalam menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Di dalam keluarga, peran orang tua adalah bertanggung jawab memberikan pendidikan yang layak terhadap anak-anaknya. Namun tidak semua orang tua dapat melakukanya, dimana sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat anak-anak sering berperilaku tidak sepantasnya khususnya para remaja, hal ini dapat terjadi karena kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua, kurangnya menanamkan nilai-nilai moral terhadap anak-anaknya, dan yang lebih parah lagi adalah orang tua tidak tahu akar permasalahan yang dihadapi. Banyak anak dikalangan pedesaan yang memiliki bakat terpendam tetapi tidak dapat mengembangkan bakat tersebut, faktor utama yang mempengaruhi adalah lingkungan khususnya orang tua, karena orang tua tidak tahu kebutuhan psikologis anak. Orang tua juga tidak memiliki pengetahuan untuk mengetahui bakat yang dimiliki anaknya. Sehingga anakpun tidak mengenal minat atau bakat mereka.

Tujuan dari gagasan ini adalah untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah inovasi dan kewirausahaan menggunakan gaya bisnis plan dengan menganalisis terapi (intervesi) yang mampu mengembangkan karakter anak untuk membentuk generasi unggul sesuai dengan persoalan-persoalan yang ada dengan membuat sebuah instansi khusus untuk menangani permasalahan psikologis masyarakat khususnya anak-anak.

Kesalahan dalam membimbing anak sejak kecil dapat berakibat fatal ketika diwaktu dewasa. Selain itu, Hurlock juga menyatakan bahwa dasar awal sangat penting karena dasar awal cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dari perilaku anak sepanjang hidupnya (Hurlock, 1978). Oleh karena itu penulis mencoba untuk berinovasi dengan membuat sebuah instansi dengan nama “Rumah Kita” yang dapat membantu mencari solusi permasalahan di keluarga khususnya anak. Karena instansi “Rumah Kita” memang sudah di desain sebagai rumah yang digunakan untuk menangani beban psikologis masyarakat dan anak, serta dapat menstimulus bakat anak yang terpendam.

Dalam proses implementasi dibutuhkan langkah-langkah yang strategis, terlebih lagi gagasan ini menjadi proses jangkah panjang. Langkah tersebut terfokus pada dua pihak, yaitu pihak dari akademis atau ahli psikolog dan pihak masyarakat. Sebelum melakukan langkah-langkah strategis yang telah disebutkan, langkah utama yang penting dilakukan adalah menunculkan kesadaran pentingnya pendidikan anak yang sesuai dengan perkembangannya. Kesadaran ini perlu dimunculkan kepada kedua belah pihak; akademis atau ahli psikolog dan masyarakat.

Inovasi Strategi Pengembangan Karakter Anak Bangsa untuk Membentuk Generasi Unggul

LATAR BELAKANG

Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun. Pada masa inilah perkembangan fisik melambat setelah sebelumnya (masa bayi) perkembangan berjalan sangat cepat. Walaupun begitu, Jean Piaget yakin bahwa seorang anak akan mengembangkan kemampuan kognitif dengan cara menyesuaikan pemikirannya terhadap gagasan-gagasan baru (Santrock, 2002). Seorang anak juga mulai membangun hubungan sosial yang lebih luas dengan lingkungan, tidak terbatas hanya dengan keluarga saja (Hurlock, 1978).

Bimbingan dan kasih sayang dari orang tua atau dari orang di lingkungan sosial anak adalah dua hal yang amat penting bagi perkembangan seorang anak. Ketidakhadiran keduanya dapat menjadi faktor penunjang timbulnya ketidaksesuaian (maladjusted) pada seorang anak di tahapan perkembangan selanjutnya. Selain itu, Hurlock juga menyatakan bahwa dasar awal sangat penting karena dasar awal cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dari perilaku anak sepanjang hidupnya (Hurlock, 1978).

Bimbingan, kasih sayang, maupun intervensi positif lainnya amat diperlukan mengingat kebutuhan akan anak-anak yang tidak hanya berkemampuan andal tetapi juga berkarakter baik adalah sebuah kebutuhan yang sifatnya mendesak. Hal ini mendukung UU Nomor 23 Tahun 2002 yang menyatakan bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dalam menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Kebutuhan akan generasi muda yang unggul ini semakin mendesak mengingat saat ini persaingan begitu ketat. Generasi yang terbelakang akan tergilas roda zaman.

Sayangnya, hak-hak anak untuk mendapatkan pengasuhan yang benar dan untuk mengembangkan minat dan potensinya sampai saat ini kurang diperhatikan. Berdasarkan pernyataan Komisi Nasional Perlindungan Anak, pada 2013-yang terhitung hingga bulan Oktober-tercatat pengaduan kasus kekerasan anak sejumlah 1.424 (52% kasus kekerasan seksual) dan tawuran antar pelajar sebanyak 229. Terjadinya kasus-kasus yang tidak diinginkan ini erat kaitannya dengan kurangnya pengetahuan orang tua maupun lingkungan sosial dalam mendidik dan memperlakukan seorang anak. Jika terus dibiarkan, tidak menutup kemungkinan persoalan-persoalan tersebut menjadi bahaya laten (Ridwan, 2013).

Di dalam keluarga, peran orang tua adalah bertanggung jawab memberikan pendidikan yang layak terhadap anak-anaknya. Namun tidak semua orang tua dapat melakukanya, dimana sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat anak-anak sering berperilaku tidak sepantasnya khususnya para remaja, hal ini dapat terjadi karena disebabkan kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua, kurangnya menanamkan nilai-nilai moral terhadap anak-anaknya, dan yang lebih parah lagi adalah orang tua tidak tahu akar permasalahan yang dihadapi (Zuhri, 2009). Lebih khususnya lagi orang tua menginginkan dan mengharapkan anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik dan benar, diantaranya adalah perkembangan jati diri, pendidikan, pekerjaan, dan akhlak yang baik. Tetapi tidak semua keinginan orang tua tersebut akan tercapai sesuai dengan mereka harapkan, hal ini banyak disebabkan oleh kesalah fahaman antara orang tua dan anak. Oleh karena itu diperlukan suatu psikolog anak dalam menangani permasalahan yang dihadapi oleh anak, karena permasalahan tersebut sulit diketahui kecuali orang yang ahli dalam bidang tersebut. Akan tetapi psikolog anak di Indonesia yang menangani hal tersebut hanya bergerak di perkotaan, dan belum memiliki kantor yang diresmikan oleh Negara sebagai kantor resmi konsultan anak. Dari permasalahan tersebut penulis ingin membuat sebuah inovasi baru sebagai bisnis plan yaitu “Rumah Kita”, suatu instansi yang menangani permasalahan psikologi anak untuk menunjang masa depan.

TUJUAN

Tajuan dari penulisan ini adalah:

  1. Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Psikologi Inovasi dan Kewirausahaan.
  2. Menganalisis apa saja persoalan di masyarakat yang erat kaitannya dengan kebutuhan psikologis anak yang dapat mengganggu perkembangan karakter anak.
  3. Menganalisis terapi yang mampu mengembangkan karakter anak untuk membentuk generasi unggul sesuai dengan persoalan-persoalan yang ada.

MANFAAT

Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah:

Manfaat Teoritis:

Menjadi sumbangan informasi bagi pihak-pihak yang mendalami bidang psikologi untuk mengembangkan pengetahuan khususnya mengenai perkembangan anak dan terapi (intervensi).

Manfaat Praktis:

a. Bagi penulis

Selain untuk memenuhi tugas akhir juga dapat mendorong penulis untuk mengetahui dan menguasai lebih dalam mengenai ilmu psikologi sekaligus berlatih menganalisis keadaan sekitar berdasarkan teori-teori yang telah diajarkan di perkuliahan.

b. Bagi masyarakat umum

Memperoleh wawasan mengenai terapi psikologi anak sebagai strategi pengembangan karakter anak untuk membentuk generasi unggul sekaligus memperoleh pengetahuan yang berkaitan dengan mendidik dan meperlakukan anak.

GAGASAN

a. Kondisi Kekinian

Bimbingan, kasih sayang, maupun intervensi positif lainnya amat diperlukan mengingat kebutuhan akan anak-anak yang tidak hanya berkemampuan handal tetapi juga berkarakter baik adalah sebuah kebutuhan yang sifatnya mendesak. Hal ini mendukung UU Nomor 23 Tahun 2002 yang menyatakan bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dalam menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Kebutuhan akan generasi muda yang unggul ini semakin mendesak mengingat saat ini persaingan begitu ketat. Generasi yang terbelakang akan tergilas roda zaman.

Sayangnya, hak-hak anak untuk mendapatkan pengasuhan yang benar dan untuk mengembangkan minat dan potensinya sampai saat ini kurang diperhatikan. Berdasarkan pernyataan Komisi Nasional Perlindungan Anak, pada 2013 yang terhitung hingga bulan Oktober tercatat pengaduan kasus kekerasan anak sejumlah 1.424 (52% kasus kekerasan seksual) dan tawuran antar pelajar sebanyak 229. Terjadinya kasus-kasus yang tidak diinginkan ini erat kaitannya dengan kurangnya pengetahuan orang tua maupun lingkungan sosial dalam mendidik dan memperlakukan seorang anak. Jika terus dibiarkan, tidak menutup kemungkinan persoalan-persoalan tersebut menjadi bahaya laten.

b. Solusi Terdahulu

Di dalam keluarga, peran orang tua adalah bertanggung jawab memberikan pendidikan yang layak terhadap anak-anaknya. Namun tidak semua orang tua dapat melakukanya, dimana sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat anak-anak sering berperilaku tidak sepantasnya khususnya para remaja, hal ini dapat terjadi karena disebabkan kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua, kurangnya menanamkan nilai-nilai moral terhadap anak-anaknya, dan yang lebih parah lagi adalah orang tua tidak tahu akar permasalahan yang dihadapi oleh anak (Zuhri, 2009).

Sejauh ini peneliti belum menemukan angka kejadian kasus penolakan sekolah yang terjadi di Indonesia. Akan tetapi, melihat data pengunjung Unit Konsultasi Psikologi (UKP), dimungkinkan angkanya cukup besar. Kebanyakan klien yang berkonsultasi ke UKP dengan permasalahan seputar mogok sekolah, hal ini disebabkan karena anak-anak merasa terganggu, tidak nyaman, dan tidak dapat menyesuaiakan diri dengan kehidupan disekolah (Ampuni & Andayani, 2006).

Solusi yang ditawarkan pemerintah untuk memperbaiki generasi bangsa adalah Unit Konsultasi Psikologi. Terbatasnya Unit Konsultasi Psikologi (UKP) di Indonesia menyulitkan masyarakat untuk berkonsultasi, khususnya masalah anak. Anak-anak pedesaan di Indonesia apabila dicari bakatnya tidak kalah dengan anak perkotaan, hal ini dapat dibuktikan oleh metode pencarian bakat pemain mudah sepakbola oleh pelatih Indra Safri, beliau blusukan ke daerah-daerah terpencil serta turun naik lereng gunung untuk mencari bakat-bakat terpendam yang terabaikan selama ini (Syeban, 2013).

Sama halnya dengan guru, orangtua juga meimiliki kondisi yang sama atau bahkan sedikit lebih buruk. Tak banyak orangtua di desa yang memiliki latar belakang pendidikan yang mencukupi. Kebanyakan anak mendapatkan pola asuh yang kurang sesuai dengan perkembangan mereka. Hal ini disebabkan karena orangtua tidak tahu kebutuhan psikologis anaknya. Orangtua juga tidak memiliki pengetahuan untuk mengetahui minat atau bakat yang dimiliki anaknya. Sehingga anakpun tidak mengenal minat atau bakat mereka. Dan tidak sedikit di temukan orang tua memaksa bakat yang sebenarnya tidak ada di dalam diri anak untuk di kembangkan.

c. Sistem Rumah Kita Untuk Menstimulus Bakat yang Terpendam

Permasalahan yang telah disebutkan di atas dapat diperbaiki dengan terapi pesikologi, dalam hal ini penulis membuat sebuah gagasan berupa instansi yang diberi nama “Rumah Kita”. Rumah Kita adalah sebuah lembaga non-profit yang didirikan untuk melayani masyarakat di bidang pendidikan dengan pendekatan psikologi. Rumah Kita melayani permasalahan yang terjadi dalam keluarga khususnya pada anak-anak, seperti minat bakat, pola asuh, dan lain-lain.

Sebagai sebuah lembaga, Rumah Kita dipimpin oleh ketua yang ahli dalam bidang psikologi. Selain sekretaris dan bendahara sebagai perangkat organisasi, Rumah Kita memiliki tiga bidang khusus, yaitu konsultan, trainer, dan humas.

Konsultan dan trainer merupakan bidang utama dalam pelayanan Rumah Kita. Konsultan melayani orangtua atau guru yang ingin berkonsultasi tentang permasalahan yang mereka hadapi sehari-hari dalam menghadapi anak-anak. Berbeda dengan konsultan, trainer dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berhadapan dengan anak-anak yang bersangkutan secara langsung. Contoh kegiatan yang dilakukan trainer bersama anak-anak ialah bermain, belajar atau sekedar bercerita tentang permasalahan yang mereka rasakan. Bagian trainer yang lain bergerak dalam bidang jasa untuk sekolah yang ingin mengadakan pelatihan kepada murid-muridnya. Humas merupakan bidang penunjang yang membantu mensosialisasikan dan menghubungkan antara pihak sekolah atau masyarakat dengan pihak Rumah Kita (konsultan atau trainer).

Tidak sembarang orang yang terlibat dalam Rumah Kita. Konsultan merupakan psikolog ahli khususnya dalam bidang perkembangan dan pendidikan. Dalam memberikan layanannya psikolog ahli ini dapat dibantu oleh asisten ahli yang berlatar belakang minimal S-1 yang berhubungan dengan pendidikan. Begitupun dengan trainer. Trainer merupakan psikolog yang yang mendalami ilmu tentang trainer atau pelatihan.

Konsultan dan trainer dapat bekerja sama ketika harus menentukan bentuk intervensi yang dibutuhkan dengan permasalahan yang bersangkutan. Konsultan dan trainer saling bertukar informasi yang didapatkan dari keluhan yang disampaikan orangtua, guru, dan hasil observasi ketika bermain bersama trainer. Berdasarkan data tersebut, konsultan dan trainer dapat menyusun intervensi jika diperlukan. Beberapa contoh intervensi seperti modifikasi perilaku, token ekonomi, CBT (Cognitive Behavioral Therapy), dan sebagainya dirancang bersama atau sendiri oleh konsultan atau trainer yang nantinya dapat disarankan kepada pihak keluarga dan atau guru yang berhadapan secara langsung dengan anak.

Sesuai dengan namanya, Rumah Kita didesain agar pelanggan merasa layaknya berada di rumah sendiri. Rumah Kita terdiri dari enam ruangan: ruang tamu, ruang kerja, kamar ayah-ibu, kamar kakak, dan kamar adik. Setiap ruangan memiliki fungsi berbeda-beda, sehingga apa yang ada di dalam satu ruanganpun tidak sama dengan ruangan lainya. Selain itu ada juga taman bermain yang didesain seperti taman pada umumnya. Taman ini dapat digunakan untuk permainan outdoor atau sekedar tempat jalan-jalan.

d. Pihak-Pihak yang Terkait

Sebagai lembaga non-profit yang sasarannya adalah masyarakat luas, Rumah Kita membutuhkan peran berbagai pihak dalam menjalankan fungsinya. Pihak-pihak tersebut antara lain:

  1. Pemerintah
  2. Perangkat desa
  3. Lembaga pendidikan

e. Langkah-Langkah Strategis Implementasi Rumah Kita

Untuk mengimplementasikan suatu sistem yang bertujuan untuk pengembangan karakter anak bangsa untuk membentuk generasi unggul perlu adanya inovasi cerdas. Langkah-langkah strategi untuk mengimplementasikan sistem “Rumah Kita” antara lain:

  1. Membangun infrastruktur, yaitu dengan mendesain secara khusus rumah anak yang bertujuan untuk menstimulus bakat anak, dan ruang konsultasi masyarakat.
  2. Membuat dan menyebarkan iklan, yaitu dengan memasang poster di masyarakat dengan menyertakan visi dan misi “Rumah Kita”.
  3. Mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai program instansi “Rumah Kita”. Selain itu menjelaskan keuntungan anak dan masyarakat apabila mengikuti program yang di adakan di “Rumah Kita”.
  4. Membuat peraturan-peraturan dasar, seperti peraturan apabila bermain di lingkungan “Rumah Kita”.

 f. Peluang dan tantangan dalam memngaplikasikan Rumah Kita

  1. Sistem ini akan membantu mengembangkan karakter anak bangsa untuk membentuk generasi unggul.
  2. Memberikan wadah bagi masyarakat apabila mengalami permasalahan di dalam rumah tangga khususnya pada anak.
  3. Memberikan wahana bermain untuk menstimulus bakat anak sejak dini.

g. Tantangan yang akan dihadapi dalam menerapkan sistem ini adalah:

  1. Dibutuhkan perizinan terhadap pihak-pihak tertentu untuk mewujudkan “Rumah Kita”.
  2. Dibutuhkan kerja sama dengan pendanaan pembuatan infrastruktur “Rumah Kita”.
  3. Sosialisasi terhadap masyarakat.

KESIMPULAN

Gagasan yang Diajukan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa “Rumah Kita” merupakan sebuah instansi yang bergerak dalam bidang konsultasi masyarakat khususnya anak-anak. Selain itu “Rumah Kita” menyediakan tempat bermain untuk menstimulus bakat dari anak. Diharapkan dengan adanya instansi ini dapat membangun karakter anak bangsa untuk membentuk generasi unggul.

Teknik Implementasi

Dalam proses implementasi dibutuhkan langkah-langkah yang strategis, terlebih lagi gagasan ini menjadi proses jangkan panjang. Langkah tersebut terfokus pada dua pihak, yaitu pihak dari akademis atau ahli psikolog dan pihak masyarakat. Sebelum melakukan langkah-langkah strategis yang telah disebutkan, langkah utama yang penting dilakukan adalah memunculkan kesadaran pentingnya pendidikan anak yang sesuai dengan perkembangannya. Kesadaran ini perlu dimunculkan kepada kedua belah pihak; akademis atau ahli psikolog dan masyaarkat. Setelah kesadaran muncul, maka langkah-langkah strategis selanjutnya dapat dilaksanakan dengan mudah.

About Abdul Jalil

Diamku الله Gerakku مُحَمَّد. Wong Lamongan, S1 di Psikologi UGM. I'm free man & traveler. Kontak: 085733188530
This entry was posted in Psikologi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published.