SIFAT TAKALLUF; JAUH DARI KETULUSAN HATI

Rasulullah Saw bersabda: “Allah Tabaraka wa Ta’ala membenci orang yang mahir akan urusan dunianya akan tetapi ia jahil (bodoh) akan urusan akhiratnya.”
(Hadits Syarif Kanzul Ummal)

Takalluf adalah membuat suatu pekerjan yang melebihi batas kemampuan dan kekuatannya, serta memamerkannya dengan anggapan bisa membuat orang lain senang/bangga terhadapnya. Ia tidak melakukan pekerjaan ini untuk orang-orang yang ia kenal, seandainya ia melakukannya, ia tidak mempersulit dirinya pada suatu yang sia-sia.

Rasulullah Saw bersabda:

“Aku dan umatku (yang bertakwa) jauh dari sifat Takalluf.” Hadits ini menjadi dalil untuk kita agar dapat menjauhkan diri dari pekerjaan yang memaksakan kehendak diri sendiri.

Memaksakan diri sendiri dalam sebuah pekerjaan yang jauh dari ketulusan hati. Yakni mencegah dari pergaulan. Karena orang yang akan ia ajak bicara itu menjauh ketika melihat sesuatu yang tidak sesuai, misalnya jika kita melakukan sebuah pekerjaan yang memaksakan kehendak diri sendiri. Sayidina Ali Kw. berkata, “Syarat ketulusan hati adalah meninggalkan sifat memaksakan diri dalam melakukan pekerjaan.”

Rasulullah Saw. bersabda: “Maukah Aku kabarkan kepada kalian siapakah Ahli Surga itu?”

Para Sahabat pun menjawab: “Iya wahai Rasulullah”.

Rasulullah Saw. bersabda: “Mereka adalah orang yang berkasih sayang (pilih kasih) diantara kalian.”

Rasulullah Saw. bersabda lagi: “Maukah Aku kabarkan siapakah Ahli Neraka itu?”

Kami pun menjawab, “Iya, wahai Rasulullah.”

“Mereka adalah orang-orang yang berputus asa, pembohong, dan orang-orang yang memaksakan diri dalam melakukan sesuatu”.

Ciri ciri orang yang memaksakan diri ada 3:

  • Berlomba dengan orang yang lebih tinggi dari dirinya
  • Menginginkan sesuatu yang tidak mungkin untuk dicapai
  • Mengatakan sesuatu yang tidak diketahuinya

Berbicara dengan memperpanjang kalimat/memperbanyak kata dan menggunakan bahasa intelek dengan maksud agar pembicaraannya bagus, yakni memaksakan diri dalam berkata, juga bukan merupakan perkara yang diperbolehkan.

Ibnu Mas’ud Ra. berkata: “Wahai manusia, barang siapa yang memilki ilmu maka ajarkanlah, dan bila tidak mengetahuinya, maka ucapkanlah Wallahu A’lam (Allah yang lebih mengetahui)”.

Leave a Reply

Your email address will not be published.