CERITA WANTIA TANGGUH NASIBAH (R.ANHA)

“Ketika diperang Uhud, kearah manapun saya memandang, disana pasti saya melihat Ummu Umarah (Siti Nasibah) sedang membela diri saya”. (HR. Ibnu Hajar, Fathul Bari)

Ummu Umarah Nasibah R.anha merupakan salah seorang dari orang-orang unggulan Sahabat Anshar, dia dari kabilah Bani Hazraj, dan merupakan salah seorang dari dua wanita yang hadir pada Ba’iat Akabah. Dia seorang yang mengikuti perang Uhud, Hudaibiyah, Hunain, dan Yamamah.

Dia mengikuti perang Uhud bersama dengan suami dan kedua anaknya, dia yang membagikan air kepada para sahabat yang terluka. Ketika perang dalam keadaan memanas dia mengambil pedang dan ikut berperang. Nasibah R.anha menceritakan, “Ketika perang Uhud berlangsung orang-orang disekitar Rasulullah Saw mulai sedikit. Hanya ada 10 orang yang tersisa. Saya, suami dan anak-anak saya bersama-sama menjaga Rasulullah disekitar beliau. Ditangan saya tidak ada tameng. Rasulullah Saw pun melihat bahwa ditangan saya tidak ada tameng. Kemudian Rasulullah berkata kepada sahabat yang mempunyai tameng, “Berikanlah tamengmu kepada sahabat yang sedang berjuang”. Saya pun mengambil tamengnya, dan melanjutkan untuk menjaga Rasulullah Saw”.

Dalam keadaan seperti ini Nasibah R.anha mengalami 12 luka dengan luka dari pedang dan tombak. Salah seorang Musyrikin yaitu Ibnu Qamia datang untuk membunuh Rasulullah Saw, kemudian melukai lehernya Nasibah R. Anha dengan pedangnya. Ini adalah luka yang paling besar yang dia dapatkan. Rasulullah melihat Nasibah R. Anha yang terluka dan berkata kepada anaknya Nasibah R.anha, “Lihatlah ibumu, ibumu, langsung balutlah luka ibumu”. Dan karena semangatnya Nasibah R. Anha Rasulullah Saw berdo’a, “Ya Allah, jadikanlah keluarganya sebagai teman saya nanti di akhirat”. Lukanya Nasibah R.anha bisa sembuh setelah diobati dalam waktu kurang lebih satu tahun.

Putranya yaitu Abdullah menceritakan,”Pada perang Uhud saya mendapatkan luka yang besar. Darah lukanya pun tidak berhenti. Rasulullah Saw bersabda, “Balutlah lukamu!”. Setelah itu ibu saya langsung datang dan membalut luka saya dengan lap. Rasulullah Saw pun melihat kejadian ini. Ibu saya berkata, “Bangunlah anakku, lanjutkan berperang hadapi orang-orang kafir itu”. Rasulullah Saw bersabda, “Siapa yang mampu menahan cobaan-cobaan kamu ini, ya Ummu Umarah”. Ketika Rasulullah Saw melihat seorang Musyrik yang melukai saya, Beliau berkata dan menunjukkan kepada ibu saya, “Orang ini yang telah melukai anakmu”. Lalu ibu saya langsung memukul musyrik itu dan mengalahkannya. Rasulullah Saw yang melihat kejadian ini langsung tersenyum sampai terlihat giginya dan bersyukur kepada Allah atas kalahnya musyrik tersebut.

Di perang Yamamah Nasibah R.anha mengalami 12 luka dan kehilangan tangannya. Abu Bakar Ra yang melihat Nasibah R.anha datang ke Madinah dalam kedaan seperti itu langsung menanyakan keadaannya dan membantu semampunya.

Posted in Cerita | Leave a comment

NASIHAT IMAM ABU YUSUF

“Tidaklah tiga orang di suatu desa atau lembah yang tidak didirikannya shalat berjamaah, melainkan setan telah menguasai mereka. Oleh karena itu, tetaplah kalian shalat berjamaah, karena sesungguhnya srigala itu hanya akan menerkam kambing yang terpisah dari kelompoknya.” ( HR. Abu Dawud )

Seseorang telah menggugat orang lain, pihak tergugat mengingkarinya dan meminta bukti kepada penggugat. Oleh karena itu, penggugat membawa dua orang saksi, namun Imam Abu Yusuf (Hakim) menolak kesaksian dari salah satu saksi tersebut. Saksi yang ditolak itu adalah salah satu orang besar dan dekat dengan khalifah Harun Rasyid. Saksi itu dengan berat hati dan marah datang kepada Harun Rasyid, lalu mengeluhkan tentang sikap Imam Abu Yusuf. Meskipun Khalifah sedih, Dia mengatakan “tentu ada satu rahasia dalam hal tersebut.”

Khalifah bertanya kepada Imam Abu Yusuf, ya Imam, mengapa engkau menolak kesaksian orang yang memiliki kedudukan otoritas dari keluargaku, dan mempermalukannya di depan umum, serta tidak melihat kepentinganku?

Imam Abu Yusuf berkata, “Hai Amirul Mukminin, suatu hari saya melihat dia di hadapanmu. Dia mengatakan kepadamu, ”saya budaknya Amirul Mukminin.” Jika dia seorang budakmu, kesaksiannya tidak dapat diterima karena syarat saksi adalah orang yang merdeka, jika perkataannya bohong, kesaksiannya juga tidak akan diterima. Oleh karena itu, kesaksiannya tidak diterima di mahkamah.”

Setelah Harun Rasyid mendengar nasihat itu, hatinya senang dan berkata kepada Imam Abu Yusuf, “Hai Imam, jika saya menjadi saksi, apakah kamu akan menerima kesaksianku?”

Imam Abu Yusuf, “Hai Amirul Mukminin, Saya juga tidak akan menerima kesaksianmu karena engkau menyombongkan kekhalifahan dan kesultananmu. Engkau tidak datang ke masjid untuk shalat berjamaah”.

Setelah mendengar nasihat dari Imam Abu Yusuf, Harun Rasyid bersumpah dengan sangat kuat dan keras untuk melaksanakan shalat lima waktu (shalat fardhu) secara berjamaah.

Posted in Cerita | Leave a comment